PSIKOLOGI KONSELING
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Psikologi konseling yang merupakan cabang dari
psikologi. Psikologi berasal dari bahasa yunani, yaitu psyche
yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Jadi, secara harfiah
psikologi adalah ilmu tentang jiwa atau ilmu jiwa. Sedangkan Konseling (counseling)
biasanya kita kenal dengan istilah penyuluhan, yang secara awam dimaknakan
sebagai pemberian penerangan, informasi, atau nasihat kepada pihak lain.
Konseling sebagai cabang dari psikologi merupakan praktik pemberian bantuan
kepada individu.
Dengan mengerti
pengertian psikologi dan pengertian konseling saja tidak cukup untuk kita
sebagai calon konselor. Oleh karena itu,
kita harus mengetahui apa sebenarnya pengertian psikologi konseling secara
utuh, selain itu juga kita dituntut mampu memahami isi dari psikologi
konseling, diantaranya langkah – langkah psikologi konseling dan tahap
konseling dan dapat mengaplikasikannya sebagai bagian dari tugas seorang
konselor.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian Psikologi
Konseling?
2. Apakah manfaat psikologi
konseling bagi kehidupan manusia?
3. Bagaimanakah karakteristik
konselor?
4. Apa sajakah
ketrampilan berkomunikasi yang harus dimiliki oleh konselor?
5. Bagaimanakah tahapan-tahapan
dalam melakukan konseling?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian psikologi konseling
2. Untuk mengetahui manfaat psikologi konseling bagi kehidupan manusia
3. Untuk mengetahui karakteristik seorang konselor
4. Untuk mengetahui ketrampilan berkomunikasi yang harus dimiliki oleh
konselor.
5. Untuk mengetahui tahapan-tahapan dalam melakukan konseling
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Psikologi Konseling
Psikologi Konseling
adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli (disebut
konselor) kepada individu yang mengalami sesuatu masalah (disebut konsele) yang
bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien. Istilah ini pertama kali
digunakan oleh Frank Parsons di tahun 1908 saat ia melakukan konseling karier.
Berikut Pengertian Konseling Menurut Para Ahli
1. Menurut
Schertzer dan Stone (1980)
Psikologi Konseling adalah upaya membantu
individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan
konseli agar konseli mampu memahami diri dan lingkungannya, mampu membuat
keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya sehingga
konseli merasa bahagia dan efektif perilakunya.
2. Menurut
Jones (1951)
Psikologi Konseling adalah kegiatan dimana
semua fakta dikumpulkan dan semua pengalaman siswa difokuskan pada masalah
tertentu untuk diatasi sendiri oleh yang bersangkutan. Dimana ia diberi panduan
pribadi dan langsung dalam pemecahan untuk lkien. Konseling harus ditujukan
pada perkembangan yang progresif dari individu untuk memecahkan
masalah-masalahnya sendiri tanpa bantuan.
3. Prayitno dan Erman Amti
(2004:105)
Psikologi Konseling adalah proses
pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli
(disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah
(disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.
B. Manfaat Psikologi Konseling
Psikologi Konseling pada hakikatnya membantu
menyelesaikan masalah klien dan sebagai proses psikologis yang mana klien
menghadapi suatu masalah dan konseling membantu memperbaiki keadaan klien menjadi
kembali ke keadaan normal atau baik kembali sehingga didalam proses konseling
klien akan mendapatkan suatu pengalaman baru. Ada
lima macam
pengalaman baru yang dapat diperoleh oleh klien dalam proses konseling :
1. Mengenali
konflik-konflik internal
Konseling membantu
orang untuk mengenal bahwa masalah-masalah yang dialaminya sesungguhnya
bersumber dari konflik-konflik yang ada dalam dirinya dan bukan karena situasi
di luar dirinya.
2. Menghadapi
realitas
Banyak orang menghadapi
berbagai masalah dalam dirinya karena kurang mampu menghadapi realitas.
Sehingga mereka tidak mengetahui realita yang sebenarnya.
3. Memulai
suatu hubungan baru
Dengan adanya
konseling, konseling akan memberikan peluang kepada klien untuk memperoleh
hubungan baru yang mungkin belum pernah diperoleh sebelumnya. Dalam konseling
ini klien berinteraksi dengan konselor dalam serangkaian wawancara konseling.
4. Meningkatkan
kebebasan psikologis
Banyak orang yang
menghadapi kesulitan dan masalah karena dalam dirinya terdapat kekurangbebasan
dalam menyatakan hal-hal yang bersifat psikologis. Misalnya merasa takut untuk
berbeda pendapat dengan orang lain, karena merasa tidak bebas untuk menyatakan
perasaan tertentu.
5. Memperbaiki
konsepsi-konsepsi yang keliru
Untuk dapat bebuat secara tepat, orang harus mampu
mewujudkan perilaku yang didasarkan atas konsepsi secara benar. Akan tetapi
orang yang memiliki konsepsi tentang perilakunya secara keliru. Makadalam
proses konseling inilah semua konsepsi-konsepsi ini akan diluruskan.
C. Karakteristik
Konselor
1. Kepribadian
konselor
Ada
beberapa keperibadian konselor yang perlu diperhatikan atau yang harus dimiliki
seorang konselor untuk kepribadianya yaitu :
a. Memiliki
keperibadian yang kuat
b. Bersifat menerima seseorang
sebagaimana adanya
c. Empati
d. Jaminan emosional
e. Menghindari
nasihat-nasihat
f. Memiliki ilmu jiwa
dalau atau pun psikologi dan psikoterapi
2.
Kualitas konselor
Beberapa hal yang harus dimiliki konselor untuk menentukan kualitas
konselor yaitu :
1)
Pengetahuan mengenai diri sendiri
2)
Kompetensi
3)
Kesihatan psikologis yang baik
4)
Dapat dipercaya
5)
Kejujuran
6)
Kekuatan atau daya
7)
Kehangatan pendengar yang aktif
8)
Kesabaran
9)
Kebebasan
10) Kepekaan
11) Kesadaran
D. Ketrampilan Berkomunikasi Konselor
Untuk terlaksananya suatu komunikasi konseling yang
dialogis, dengan mengajak klien berpartisipasi secara aktif, selain dari
memahami karakter klien, adalah menguasai materi bahasan dan menguasai
keterampilan berkomunikasi dialogis. Sekurang – kurangnya ada delapan
keterampilan dialogis yang harus dikuasai yaitu :
1. Keterampilan penghampiran
Penghampiran (attending), merupakan keterampilan dasar
dalam proses komunikasi yang bersifat dialogis, karena penghampiran seolah –
olah merupakan pembukaakan pintu pertama untuk memulai suatu
komunikasi.keterampilan penghampiran merupakan keterampilan berkomunikasi
melalui isyarat- isyarat verbal dan non verbal, sehingga memberikan kemungkinan
para mitra memberikan perhatian kepada pembicara pada tahap paling awal.
Untuk itu penghampiran ini merupakan keterampilan
dasar dalam setiap proses komunikasi yang bersifat dialogis. Hal ini biasanya
dilakukan dengan sapaan yang biak dengan nada yang baik, seperti :
“assalamualaikum”, “selamat pagi” , dan lain sebagainya. Hal seperti itu
dilakukan dengan cara perkataan yang baik dan sopan, dengan bahasa tubuh yang
baik, seperti kontak mata, gerak badan dan lain-lain. Dengan itu klien
akan merasa diterima dan merasa penting serta merasa dihargai berada di dekat
seorang konselor. Keterampilan ini dapat dikebangkan melalui berbagai cara,
seperti :
• Ungkapan salam
dan sapaan secara sopan
• Penampilan diri dengan postur fisik yang meyakinkan
• Gerakan fisik yang disertai dengan perhatian
• Pengakuan
• Memelihara kontak mata
• Mengamati dan meyimak dengan penuh perhatian
2. Keterampilan empati
Berempati kepada pihak lain merupakan keterampilan
dasar dalam berkomunikasi terutama dalam komunikasi dialogis. Empati mempunyai
makna sebagai sutau kesediaan untuk memahami orang lain secara paripurna, baik
yang Nampak maupun yang terkandung, khususnya dalam aspek perasaan, pikiran,
dan keinginan. Dengan berempati kita berusaha menempatkan diri kita dalam
suasana perasaan, pikiran, dan keinginan orang lain sedekat mungkin
Keterampilan empati dapat dilakukan dengan memberikan respon dalam bentuk:
a. Sikap
menerima dan memahami ungkapan klien, minsalnya dengan gerakan mata, angukan,
gerakan tanggan, air muka,
b.
Memberikan perhatian yang mendalam terhadap ungkapan klien,
c. Pernyataan
yang menggambarkan ungkapan suasana perasaan yang diungkapkan,
d.
Memberikan dukungan terhadap ungkapan tertentu.
3. Keterampilan merangkumkan
Dalam suatu komunikasi dialogis dalam konseling,
mungkin akan mengemukakan dalam bentuk ungkapan tertentu dan mungkin secara
panjang lebar. Sebagai wujud sikap penerimaan kita terhadap ungkapan tersebut,
maka keterampilan yang diperlukan adalah keterampilan merangkum. Keterampilan
ini dinyatakan dalam bentuk pemberian respon dengan membuat rangkuman
secara tepat semua materi yang diungkapkan. Untuk itu konselor harus
mampu menyimak seluruh pembicaraan bersama klien dengan baik, dan kemudian
membuat rangkuman selanjutnya disampaikan sebagai respon konselor terhadap
klien. Keterampilan membuat rangkuman yang baik dan yang tepat dapat memberikan
dampak psikologi adanya rasa diterima, dihargai, dan diakui yang pada
gilirannya dapat menunjang proses konseling selanjutnya.
Keterampilan merangkum dapat dilakukan dengan cara – cara seperti:
a. Memberikan
kesempatan kepada klien untuk menyampaikan ungkapan secara lengkap.
b. Menujukkan
sikap memberikan perhatian dan menyimaknya dengan penuh perhatian.
c. Membuat
catatan seperlunya untuk merangkup pembicaraan.
d. Pada
akhir klien menyampaikan ungkapannya, konselor memberikan respon dalam bentuk
menyampaikan rangkuman pembicaraan.
4. Keterampilan bertanya
Bertanya merupakan salah aspek dalam proses komunikasi
konseling, baik dalam memulai, selama proses berjalan, atau pun dalam
mengakhiri keterampilan bertanya merupakan keterampilan yang cukup penting dan
strategi dalam komunikasi konseling, sebab dapat menentukan kelancaran proses
konseling. Dalam komunikasi konseling ada dua macam bentuk pertanyaan
yaitu: pertanyaan terbuka merupakan pertanyan yang menuntut jawaban
secara terbuka oleh klien. Pertanyaan tertutup merupakan pertanyaan yang
jawabannya sudah pasti dan biasanya bersifat factual.Keterampilan bertanya
dapat dikembangkan dengan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut.
a.
Perhatikan suasana konseling dan klien.
b. Kuasai
materi yang terkait dengan pertanyaan.
c. Ajukan
pertanyaan dengan cara yang jelas dan terarah, serta tidak keluar dari topic
pembahasan.
d. Segera
berikan respon balikan terhadap jawaban pertanyaan yang diajukan, dengan sikap
yang baik dan empati.
5. Keterampilan kejujuran (genuineness)
Dalam komunikasi konseling, konselor selaku
komunikator harus mampu menunjukkan kejujuran dari apa yang diungkapkan
sehingga dapat memberikan pesan secara objektif. Dalm hal ini mampu
menyampaikan sesuatu secara terbuka tanpa harus dimanipulasi. Berkomunikasi
secara jujur dan hasil merupakan kerterampilan komunikasi konseling yang amat
penting. Dengan keterampilan ini konselor dapat menyatakan perasaan\nya
mengenai perasaan klien dengan cara sedemikian rupa sehingga klien dapat
menerima tanpa ada rasa ketersingungan. Keterampilan kejujuran dapat membantu
untuk berbagai perasaan terhadap apa yang dikatakan atau dilakukan klien, dan
tetap menjaga hubungan baik. Untuk mengembangkan keterampilan kejujuran ada
empat kondisi yang harus diperhatikan yaitu:
a.
Ungkapkan perasaan yang sebenarya
b.
Kejadian yang membuat perasaan itu.
c.
Alasan mengapa berperasaan seperti itu
d.
Pengaruh perasaan itu terhadap kegiatan selanjutnya.
6. Keterampilan asertif
Asersi adalah suatu tindakan dalam memberikan respon
kepada tindakan orang lain dalam bentuk mempertahankan hak azasi sendiri yang
mendasar, tanpa melanggar hak azasi orang lain yang mendasari dengan asasi,
seseorang akan mampu mengakui hak azasi orang lain dan mampu bersikap secara
tepat tanpa menguraingi hak azasi sendiri. Dalm komunikasi konseling,
keterampilan untuk bersikap asertif diperlukan dalam menerima respon klien dan
memberikan respon kembali dengan cara yang sedemikian rupa, sehingga klien
merasa hak azasinya tidak terganggu.
7. Keterampilan konfrontasi
Keterampilan konfrontasi digunakan untuk memberikan
respon terhadap pesan seseorang yang mengandung pesan ganda yang tidak sesuai
saling bertentang satu dengan yang lainnya. Dengan keterampilan
konfrontasi kita dapat mengenal dan kita dapat mengenal dan merespon pesan
ganda klien, sehingga ia menyadarinya dan kemudian berkembang kearah yang
lebih baik. Dalam komunikasi konseling, keterampilan konfrontasi merupakan cara
konselor untuk membentuk titik perbedaan atau pertentangan dalam situasi
sebagai berikut:
a. Perbedaan
antara apa yang dikatakan dan apa yang dilakukan klien, minsalnya: “anda
mengatakan bahwa anda selalu membaca Koran setiap har, tetapi ternyata hari ini
anda tidak melakukan hal itu”.
b. Perbedaan antara apa yang telah
dikatakan seseorang dengan apa yang dilaporkan orang lain tentang dia,
minsalnya “anda mengatakan bahwa anda adalah orang miskin dan tidak
mampu, akan tetap tetangga anda mengatakan bahwa anda baru saja membeli mobil
baru TV berwarna”
c. Perbedaan apa yang akan dikatakan
dengan apa yang nampak, misalnya: “anda mengakui tidak marah, tetapi suara
dan perbuatan anda menyatakan kemarahan.
Dalam menerapkan keterampilan konfrontasi ini,
hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a.
Konselor hendaknya memiliki pemahaman yang tepat dan bersikap empati dan
jujur,
b. Harus
diperhatikan agar klien mau menerimanya dan tidak memberikan pertahanan dan perlawanan.
c.
Harus bersesuaikan dengan situasi dan kondisi masalah,
d. Harus
singkat dan tepat sasaran .
8. Keterampilan pemecahan masalah
Keterampilan pemecahan masalah sangat diperlukan dalam
komunikasi konseling untuk membantu klien dalm memecahkan masalah – masalah
yang dihadapi.Ada tujuh tahapan yang dapat ditempuh dalam pemecahan masalah,
yaitu:
a.
Menjajagi masalah, yaitu tahapan dimana melalui dialog antara
konselor dank lien menetapkan masalah yang dihadapi.
b. Memahami
masalah, yaitu tahaapaan lebih lanjut untuk lebih mempertegas masalah yang
sesungguhnya beserta aspek- aspek yang terkait latar belakang, alasan, tujuan
sumber-sumber terkait, dsd
c. Membatasi
masalah, yaitu tahapan untuk bersama-sama menetapkan batasan-batasan masalah
baik dari dimensi waktu maupun ruang, serta sumber-sumber daya penunjang.
d.
Menjabarkan alternative, yaitu konselor dank lien bersama- sama
melakukan “ curah pendapat” (brainstorming) untuk menjabarkan berbagi
alternative kemungkinan pemecahan masalah.
e. Mengevaluasi
alternative, yaitu menilai setiap alternatif yang telah
dikembangkan dalam tahap 4 diatas. Setiap alternative dievaluasi satu persatu
dilihat dari kekuatan, kelemahan, peluang, sumber daya, dan prioritasnya.
f. Memilih
alternatif terbaik, yaitu menetapkan alternatif dipandang yang paling tepat
berdasarkan hasil evaluasi dalam langkag 5.
g.
Menerapkan alternatif, yaitu tahapan melaksanakan alternatif yang
dipandang paling baik dalam bentuk tindakan nyata.
E.
Tahapan-Tahapan Dalam Bimbingan Konseling
1. Tahapan Awal
Tahap
awal merupakan upaya untuk menjalin hubungan baik antara Konselor dengan klien
agar klien dapat terlibat langsung dalam proses konseling. Diharapkan dapat
memberikan arahan konseling secara tepat. Dalam tahap awal ada dua langkah yang
harus diperhatikan. Dalam membina hubungan baik antara Konselor dengan klien,
adanya rasa percaya antara keduanya, saling menerima dan bekerja sama dalam
menyelesaikan masalah. Klien percaya dan menerima Konselor untuk membantu
masalah yang dihadapi, klien mengungkakan masalahnya dengan terbuka, Konselor
menerima bahwa masalah klien bear-benar terjadi dan memberi bantuan dengan cara
menciptakan rapport atau menggunakan teknik konseling lain. Batasan yang
diberikan maksudnya Konselor berusaha mengarahkan masalah yang terjadi pada
klien seperti dari beberapa masalah yang dialami Konselor coba memberikan
proiritas pada masalah yang paling penting untuk diselesaikan.
2. Tahapan Inti
a. Eksplorasi kondisi klien
Usaha Konselor
mengkondisikan keadaan klien dalam konseling, atau berusaha mengadakan
perubahan pada tingkah laku dan perasaan klien.
b. Identifikasi masalah dan penyebabnya
Mengadakan pendataan
masalah dan mencari tahu latar belakang terjadinya masalah . Identifikasi
alternative pemecahan adalah Memberikan beberapa pilihan penyelesaian dan
pemecahan masalah diharapkan klien sendiri yang memilih.
c. Pengujian dan penetapan alternative
pemecahan
Meminta klien untuk
merealisasikan dari pilihan / keputusan yang diambil.
Evaluasi alternative pemecahan adalah Meninjau kembali pengujian alternative
pamecahan masalah serta hasil pemecahan masalah.
d. Implementasi alternative pemecahan
Menganjurkan untuk
mengerjakan dari salah satu pemecahan masalah yang telah berhasil.
3. Tahap Akhir
Tahap ini memberikan
penilaian terhadap keefektifan proses bantuan konseling yang telah dilakukan.
a. Analisis
Analisis adalah
tahap pengumpulan data atau informasi tentang diri klien dan lingkunganya,
untuk lebih mengerti terhadap keadaan klien. Mulai dari fisik dan psikis,
keluarga, teman sebaya, nilai-nilai yang dianut serta aktivitas klien dengan
data pendukung yang didapat dari berbagai sumber.
b. Sintesis
Sintesis merupakan
tahapan untuk merangkum dan mengorganisasikan data hasil tahap analisis,
sehingga dapat memberikan gambaran diri klien yang terdiri dari kelemahan dan
kelebihan yang dimiliki, serta kemampuan dan ketidakmampuannya menyesuaikan
diri. Dirumuskan secara spesifik, singkat dan padat juga sebagai diagnosis
awal.
c. Diagnosis
Diagnosis merupakan
tahapan untuk menetapkan hakikat masalah yang dihadapi klien beserta sebab-sebabnya
dengan membuat perkiraan atau dugaan, kemungkinan yang akan dihadapi klien
berkaitan dengan masalahnya. Ada
beberapa tahapan dalam diagnosis yaitu :
1) Identifikasi masalah
Identifikasi masalah
merupakan upaya menentukan hakikat masalah yang dihadapi oleh klien. Penentuan
ini dapat menggunakan klasifikasi masalah sebagai berikut:
a. Ketergantungan pada orang lain
(dependence)
b. Kurang menguasai keterampilan (lack of skill)
c. Konflik diri (self conflict)
d. Kecemasan menentukan pilihan (choice anxiety)
e. Masalah yang tidak dapat diklasifikasikan (no problem)
Dalam identifikasi
masalah kita berusaha memahami apa yang dialami klien dan mencari kesulitan
masalah yang dihadapi klien. Diagnosa mengambil kesimpulan untuk menentukan
derita klien atau yang dirasakan klien. Dengan klasifikasi masalah dalam
disgnosis sebagai berikut :
=> Faktor
ketidakpercayaan diri
Ketergantungan pada
oranglain, ketidaktahuan potensi yang ada, sulit mengambil keputusan, kurang
informasi.
=> Faktor depresi
atau konflik diri
Kecemasan(anxiety),
gangguan pikiran, gangguan perasaan,dan gangguan tingkah laku.
=>Faktor
miskomunikasi atau misunderstanding Kurang informasi, kurang tanggap, kurang
peka terhadap lingkungan, atau kurang perhtian, mementingkan diri sendiri.
2) Penemuan sebab-sebab masalah (etiologi)
Langkah
ini merupakan upaya penentuan dari sumber penyebab timbulnya masalah. Yakni
diantaranya mencari hubungan antara masa lalu, sekarang dan masa yang akan
datang. Dengan melihat hasil identifikasi masalah dapat timbul dari dalam diri
dan luar diri klien. Penyebab yang berasal dari diri klien antara lain;
gangguan kesehatan, kebiasaan-kebiasaan buruk, sikap negatif, kurangnya
informasi, kemampuan intelektual yang rendah dan lain-lain. Penyebab yang
berasal dari luar diri klien antara lain; sikap orang tua/guru yang tidak
menunjang perkembangan klien, lingkungan rumah/sekolah yang tidak sesuai dengan
karakteristik klen, dan dukungan sosial ekonomi yang kurang menunjang, serta
masyarakat yang tidak kondusif.
3) Prognosis
Langkah
ini merupakan usaha memprediksi apa yang akan terjadi pada diri klien pada
kemudian hari dengan memperhatikan masalah yang dialami klien. Dengan
memberikan informasi berkaitan dengan prediksi yang dilakukan pada proses
diagnosis klien dapat melakukan tindakan sebagai usaha penyelesaian masalahnya.
4) Konseling / treatment (perlakuan)
Konseling merupakan
proses tatap muka antara klien dengan konselor sebagai usaha pemberian bantuan
yang dilakukan secara komunikasi verbal. Dengan tujuan agar klien memiliki
kepercayaan dan dapat melakukan penyesuaian dirin dengan optimal terhadap
lingkungan kehidupannya. Bentuk bantuannya dalam bentuk sebagai berikut :
a) Identifikasi alternatif masalah
Usaha membuta
beberapa pilihan pemecahan masalah berdasarkan hasil diagnosis dan sintesis
baik untuk masalah yang berasal dari dalam diriklien atau masalah yang ber asal
dari luar diri klien.
b) Pengujian dan pemilihan alternatif pemecahan
masalah
Merupakan tindakan
yang kan
memperjelas altenatif mana yang akan dilakukan sebagai pemecahan
masalah.Melaksanakan pemecahan masalah terpilih. Setelah pemecahan masalah
dipilih maka konselor membantu klien dan menetapkan kapan akan direlisasikan.
Pemecahan masalah tentu akan melibatkan klien, konselor dan pihak terkait lain.
Tujuan konselor memberikan tugas ini adalah:
=> Mengadakan perubahan pada
lingkungan klien yang tidak menunjang perkembangannya.
=> Mengubah sikap negatif klien baik terhadap dirinya dan lingkungannya
sehingga klien tidak mengalami masalah.
=> Membantu klien menemukan lingkungan yang sesuai dengan dirinya.
=> Membantu klien memperoleh keterampilan dan persyaratan yang diperlukan
sehinggan masalah dapat diatasi.
=> Membantu klien menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapi.
c) Tindak lanjut (follow up)
Tindak lanjut
berguna untuk melihat sejauh mana keberhasilan pemberian bantuan melalui proses
konseling yang telah berlangsung. Juga sebagai upaya pemeliharaan yang
dikembangkan oleh klien untuk mampu mengatasi masalahnya.
BAB
III
KESIMPULAN
Psikologi Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh
seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang mengalami sesuatu masalah
(disebut konsele) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.
Psikologi Konseling pada hakikatnya membantu menyelesaikan masalah klien dan
sebagai proses psikologis yang mana klien menghadapi suatu masalah dan
konseling membantu memperbaiki keadaan klien menjadi kembali ke keadaan normal
atau baik kembali sehingga didalam proses konseling klien akan mendapatkan
suatu pengalaman baru.
Terdapat beberapa kepribadian konselor yang perlu diperhatikan atau yang
harus dimiliki seorang konselor untuk kepribadianya yaitu : Memiliki
keperibadian yang kuat, Bersifat
menerima seseorang sebagaimana adanya, Empati,
Jaminan emosional, Menghindari
nasihat-nasihat, Memiliki
ilmu jiwa dalau atau pun psikologi dan psikoterapi. Untuk terlaksananya suatu
komunikasi konseling yang dialogis, dengan mengajak klien berpartisipasi secara
aktif, selain dari memahami karakter klien, adalah menguasai materi bahasan dan
menguasai keterampilan berkomunikasi dialogis.
Hubungan antara konselor dan klien merupakan unsur penting dalam
konseling. Hubungan koseling harus dibangun secara spesifik dan berbeda dengan
hubungan sosial lainnya. Karena konseling membutuhkan hubungan yang diantaranya
perlu adanya keterbukaan, pemahaman, penghargaan secara positif tanpa syarat,
dan empati.
DAFTAR
PUSTAKA
Jalaliddin Rakhmat. 1985. Psikologi
Komunikasi. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Moh. Surya. 2003. Psikologi
konseling. Bandung
: Pustaka bani Quraisy