KEPUASAN KERJA
( PSIKOLOGI INDUSTRI )
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Karyawan dan perusahaan merupakan dua hal yang tidak
bisa dipisahkan. Karyawan memegang peran utama dalam menjalankan roda kehidupan
perusahaan. Apabila karyawan memiliki produktivitas dan motivasi kerja yang
tinggi, maka laju roda pun akan berjalan kencang, yang akhirnya akan
menghasilkan kinerja dan pencapaian yang baik bagi perusahaan. Di sisi lain,
bagaimana mungkin roda perusahaan berjalan baik, kalau karyawannya bekerja
tidak produktif, artinya karyawan tidak memiliki semangat kerja yang tinggi,
tidak ulet dalam bekerja dan memiliki moril yang rendah.
Hal semacam itu pada akhirnya berdampak pada Kepuasan
kerja yang menyangkut sikap seseorang mengenai pekerjaannya. Karena menyangkut
sikap, pengertian kepuasan kerja mencakup berbagai hal seperti kondisi dan
kecenderungan perilaku seseorang. Kepuasankepuasan itu tidak tampak serta
nyata, tetapi dapat diwujudkan dalam suatu hasil pekerjaan. Salah satu masalah
yang sangat penting dalam bidang psikologi industri adalah mendorong karyawan
untuk bekerja dengan lebih produktif. Untuk itu, perlu diperhatikan agar
karyawan sebagai penunjang terciptanya produktivitas kerja dalam bekerja
senantiasa disertai dengan perasaan senang dan tidak terpaksa sehingga akan
tercipta kepuasan kerja para karyawan. Kepuasan kerja akan berbeda pada
masingmasing individu. Sangat sulit untuk mengetahui ciri-ciri kepuasan dari
masing-masing individu. Namun demikian, cerminan dari kepuasan kerja itu dapat
diketahui. Untuk mengetahui tentang pengertian kepuasan kerja ada beberapa
pendapat sebagaimana hasil penelitian Herzberg, bahwa faktor yang mendatangkan
kepuasan adalah prestasi, pengakuan, pekerjaan itu sendiri, tanggungjawab, dan
kemajuan (Armstrong, 1994: 71). Pendapat lain menyatakan kepuasan kerja (job
salisfaction) adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak
menyenangkan di mana para karyawan memandang pekerjaan mereka (Handoko,
2001:193). Sedangkan Wexley dan Yulk (1977) yang disebut kepuasan kerja ialah
perasaan seseorang terhadap pekerjaan.
Tiffin
(1964) juga mengkaitkan kepuasan kerja dengan sikap dari karyawan terhadap
pekerjaannya sendiri, situasi kerja, kerjasama antara pimpinan dengan sesama
karyawan (dalam As'ad, 2003: 104). Sejalan dengan itu, Martoyo (2000:142)
kepuasan kerja (job salisfaction) adalah keadaan emosional karyawan di mana
terjadi ataupun tidak terjadi titik temu antara nilai balas jasa kerja karyawan
dari perusahaan atau organisasi dengan tingkat nilai balas jasa yang memang
diinginkan oleh karyawan yang bersangkutan. Balas jasa kerja karyawan ini, baik
yang berupa finansial maupun yang nonfinansial.
Menurut Hulin (1966) gaji merupakan faktor utama untuk
mencapai kepuasan kerja. Pendapat ini tidak seluruhnya salah sebab dengan
mendapatkan gaji ia akan dapat melangsungkan kehidupannya sehari-hari. Tetapi
kenyataannya gaji yang tinggi tidak selalu menjadi faktor utama untuk mencapai
kepuasan kerja. Kenyataan lain banyak perusahaan telah memberikan gaji yang
cukup tinggi, tetapi masih banyak karyawan yang merasa tidak puas dan tidak senang
dengan pekerjaannya. Gaji hanya memberikan kepuasan sementara karena kepuasan
terhadap gaji sangat dipengaruhi oleh kebutuhan dan nilai orang yang
bersangkutan (As'ad, 2003:113).
Oleh karena itu Blum memperluas faktor-faktor
yang memberikan kepuasan kerja antara lain ialah: (a) faktor individual,
meliputi: umur, kesehatan, watak dan harapan; (b) faktor sosial, meliputi:
hubungan kekeluargaan, pandangan masyarakat, kesempatan berekreasi, kegiatan
perserikatan pekerja, kebebasan berpolitik, dan hubungan kemasyarakatan; (c)
faktor utama dalam pekerjaan, meliputi: upah, pengawasan, ketentraman kerja,
kondisi kerja, dan kesempatan untuk maju. Selain itu, juga penghargaan terhadap
kecakapan, hubungan sosial di dalam pekerjaan, kelepatan dalam menyelesaikan konflik
antar manusia, perasaan diperlakukan adil. baik yang menyangkut pribadi maupun
tugas (dalam As'ad, 2003:114).
Lebih luas lagi Ghiselli dan Brown mengemukakan lima faktor yang
menimbulkan kepuasan (dalam As'ad, 2003:112-113) yaitu: pertama, kedudukan (posisi),
umumnya ada anggapan bahwa orang yang bekerja pada pekerjaan yang lebih tinggi
akan lebih puas daripada bekerja pada pekerjaan yang lebih rendah. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa hal tersebut tidak selalu benar, perubahan tingkat
pekerjaanlah yang mempengaruhi kepuasan kerja. Kedua, pangkat (golongan), pada
pekerjaan yang mendasarkan perbedaan tingkat (golongan) sehingga pekerjaan
tersebut memberikan kedudukan tertentu pada orang yang melakukannya. Apabila
ada kenaikan upah, maka sedikit banyaknya akan dianggap sebagai kenaikan
pangkat dan kebanggaan terhadap kedudukan yang baru itu akan merubah perilaku
dan perasaan. Ketiga, umur dinyatakan bahwa ada hubungan antara kepuasan kerja
dengan umur karyawan. Umur antara 25 sampai 34 tahun dan umur 40 sampai 45
tahun adalah merupakan umur-umur yang bisa menimbulkan perasaan kurang puas
terhadap pekerjaan. Keempat, jaminan finansial dan jaminan sosial. Masalah
finansial dan jaminan sosial kebanyakan berpengaruh terhadap kepuasan kerja.
Kelima, mutu pengawasan, hubungan antara karyawan dengan pihak pimpinan sangat
penting dalani arti menaikkan produktivitas kerja.
Dengan demikian dalam meningkatkan produktifitas kerja
perlu adanya dorongan-dorongan yang dapat memuaskan kebutuhan-kebutuhan baik
finansial maupun nonfinansial supaya perusahaan yang bersangkutan tidak
seterusnya berpandangan bahwa hanya finansial yang dapat memeuaskan pekerjaan
karyawannya, maka diperluakan kepekaan tersendiri dari perusahaan tersebut
untuk mengetahui kebutuhan-kebutuhan karyawannya serta faktor-faktor yang
mendorong tercapainya kepuasaan kerja, semua itu demi tercapainya produktifitas
kerja dan profesionalisme dalam bekerja.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan kepuasaan kerja?
2. Bagaimanakah teori-teori tentang kepuasaan kerja?
3. Bagaimanakah korelasi dan pengaruh kepuasaan kerja terhadap produktifitas kerja?
4. Apa saja factor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja?
5. Bagaimana cara meningkatkan kepuasan kerja?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi kepuasaan kerja
2. Untuk mengetahui teori-teori tentang kepuasaan kerja
3. Untuk mengetahui korelasi dan pengaruh kepuasaan kerja terhadap produktifitas kerja
4. Untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja
5. Untuk mengetahui cara meningkatkan kepuasan kerja
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kepuasan Kerja
Salah
satu sarana penting pada manjemen sumber daya manusia dalam sebuah organisasi
adalah terciptanya kepuasan kerja para pegawai/ karyawan. Berikut
pengertian-pengertian kepuasan kerja menurut beberapa pakar.
Kepuasan
kerja menurut Susilo Martoyo (1992 : 115), pada dasarnya merupakan salah satu
aspek psikologis yang mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya,ia
akan merasa puas dengan adanya kesesuaian antara kemampuan, keterampilan dan
harapannya dengan pekerjaan yang ia hadapi. Kepuasan sebenarnya merupakan
keadaan yang sifatnya subyektif yang merupakan hasil kesimpulan yang didasarkan
pada suatu perbandingan mengenai apa yang diterima pegawai dari pekerjaannya
dibandingkan dengan yang diharapkan, diinginkan, dan dipikirkannya sebagai hal
yang pantas atau berhak atasnya. Sementara setiap karyawan/ pegawai secara
subyektif menentukan bagaimana pekerjaan itu memuaskan.
Kepuasan Kerja menurut Tiffin (1958) dalam Moch. As’ad ( 1995 : 104)
kepuasan kerja berhubungan erat dengan sikap dari karyawan terhadap
pekerjaannya sendiri, situasi kerja, kerjasama antara pimpinan dengan karyawan.
Sedangkan menurut Blum (1956) dalam Moch. As’ad ( 1995 : 104 ) mengemukakan
bahwa kepuasan kerja merupakan sikap umum yang merupakan hasil dari beberapa
sikap khusus terhadap faktor – faktor pekerjaan, penyesuaian diri dan hubungan
sosial individu diluar kerja.
Dari batasan - batasan mengenai kepuasan kerja tersebut, dapat
disimpulkan secara sederhana bahwa kepuasan kerja adalah perasaan seseorang
terhadap pekerjaannya. Ini berarti bahwa konsepsi kepuasan kerja melihatnya
sebagai hasil interaksi manusia terhadap lingkungan kerjanya. Di samping itu,
perasaan seseorang terhadap pekerjaan tentulah sekaligus merupakan refleksi
dari sikapnya terhadap pekerjaan. Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal
yang bersifat individual. Setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang
berbeda – beda sesuai dengan sistem nilai – nilai yang berlaku dalam dirinya.
Ini disebabkan karena adanya perbedaan pada masing – masing individu. Semakin
banyak aspek-aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu, maka
akan semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakan, dan sebaliknya.
Kepuasan kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan dan
mencintai pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan
dan prestasi kerja. Kepuasan kerja dinikmati dalam pekerjaan, luar pekerjaan,
dan kombinasi dalam dan luar pekerjaan. (Hasibuan, 2001 : 202).
Kepuasan kerja merupakan suatu sikap umum terhadap pekerjaan
seseorang, selisih antara banyaknya ganjaran yang diterima seorang pegawai dan
banyaknya yang mereka yakini apa yang seharusnya mereka terima(Stephen P.
Robbins, 1996 : 26).
Kepuasan kerja adalah kepuasan pegawai terhadap pekerjaannya
antara apa yang diharapkan pegawai dari pekerjaan/kantornya “ (Davis, 1995 :
105). Dalam bukunya, “Perilaku Organisasi : Konsep, Kontroversi “,Robbins
mengatakan: “ Kepuasan kerja adalah sebagai suatu sikap umum seorang individu
terhadap pekerjaannya. Pekerjaan menuntut interaksi dengan rekan kerja, atasan,
peraturan dan kebijakan organisasi, standar kinerja, kondisi kerja dan sebagainya. Seorang
dengan tingkat kepuasan kerja tinggi menunjukkan sikap positif terhadap kerja
itu, sebaliknya seseorang tidak puas dengan pekerjaannya menunjukkan sikap
negatif terhadap kerja itu. (Robbins, 1996 : 179).
B. Teori-Teori Kepuasan Kerja
1. Teori Perbandingan Intrapersonal (Discrepancy
Theory)
Kepuasan
atau ketidakpuasan yang dirasakan oleh individu merupakan hasil dari
perbandingan atau kesenjangan yang dilakukan oleh diri sendiri terhadap
berbagai macam hal yang sudah diperolehnya dari pekerjaan dan yang menjadi
harapannya. Kepuasan akan dirasakan oleh individu tersebut bila perbedaan atau
kesenjangan antara standar pribadi individu dengan apa yang diperoleh dari
pekerjaan kecil, sebaliknya ketidakpuasan akan dirasakan oleh individu bila
perbedaan atau kesenjangan antara standar pribadi individu dengan apa yang
diperoleh dari pekerjaan besar.
2. Teori Keadilan (Equity Theory)
Seseorang
akan merasa puas atau tidak puas tergantung apakah ia merasakan adanya keadilan
atau tidak atas suatu situasi. Perasaan equity atau inequity atas suatu situasi
diperoleh seseorang dengan cara membandingkan dirinya dengan orang lain yang
sekelas, sekantor, maupunditempat lain.
3. Teori Dua – Faktor (Two Factor Theory)
Teori
ini menganjurkan bahwa kepuasan dan ketidakpuasan merupakan bagian dari
kelompok variabel yang berbeda yaitu Motivators dan hygiene factors. Pada teori
ini ketidakpuasan dihubungkan dengan kondisi disekitar pekerjaan (seperti
kondisi kerja, upah, keamanan, kualitas, pengawasan dan hubungan dengan orang
lain) dan bukan dengan pekerjaan itu sendiri. karena faktor mencegah reaksi
negatif dinamakan sebagai hygiene atau maintainance factors.
4. Value Theory
Menurut
teori ini kepuasan kerja terjadi pada tingkatan dimana hasil pekerjaan diterima
individu seperti diharapkan. Semakin banyak orang menerima hasil, akan semakin
puas dan sebaliknya. Kunci menuju kepuasan pada teori ini adalah perbedaan
antara aspek pekerjaan yang dimiliki dengan yang diinginkan seseorang. Semakin
besar perbedaan, semakin rendah kepuasan orang.
C.
Korelasi Kepuasan Kerja
1) Motivasi
Antara motivasi dan kepuasan kerja terdapat hubungan yang
positif dan signifikan. Karena kepuasan dengan pengawasan/supervisi juga
mempunyai korelasi signifikan dengan motivasi, atasan/manajer disarankan
mempertimbangkan bagaimana perilaku mereka mempengaruhi kepuasan pekerja
sehingga mereka secara potensial dapat meningkatkan motivasi pekerja melalui
berbagai usaha untuk meningkatkan kepuasan kerja.
2) Pelibatan Kerja
Hal
ini menunjukkan kenyataan dimana individu secara pribadi dilibatkan dengan
peran kerjanya. Karena pelibatan kerja mempunyai hubungan dengan kepuasan
kerja, dan peran atasan/manajer perlu didorong memperkuat lingkungan kerja yang
memuaskan untuk meingkatkan keterlibatan kerja pekerja.
3) Organizational citizenship behavior
Merupakan
perilaku pekerja di luar dari apa yang menjadi tugasnya.
4) Organizational commitment
Mencerminkan
tingkatan dimana individu mengidentifikasi dengan organisasi dan mempunyai
komitmen terhadap tujuannya. Antara komitmen organisasi dengan kepuasan terdapat
hubungan yang sifnifikan dan kuat, karena meningkatnya kepuasan kerja akan
menimbulkan tingkat komitmen yang lebih tinggi. Selanjutnya komitmen yang lebih
tinggi dapat meningkatkan produktivitas kerja.
5) Ketidakhadiran (Absenteisme)
Antara ketidakhadiran dan kepuasan terdapat korelasi negatif
yang kuat. Dengan kata lain apabila kepuasan meningkat, ketidakhadiran akan
turun.
6) Perputaran (Turnover)
Hubungan
antara perputaran dengan kepuasan adalah negatif. Dimana perputaran dapat
mengganggu kontinuitas organisasi dan mahal sehingga diharapkan atasan/manajer
dapat meningkatkan kepuasan kerja dengan mengurangi perputaran.
7) Perasaan stres
Antara
perasaan stres dengan kepuasan kerja menunjukkan hubungan negatif dimana dengan
meningkatnya kepuasan kerja akan mengurangi dampak negatif stres.
8) Prestasi kerja/kinerja
Terdapat
hubungan positif rendah antara kepuasan dan prestasi kerja. Sementara itu
menurut Gibson (2000:110) menggambarkan hubungan timbal balik antara kepuasan
dan kinerja. Di satu sisi dikatakan kepuasan kerja menyebabkan peningkatan
kinerja sehingga pekerja yang puas akan lebih produktif. Di sisi lain terjadi
kepuasan kerja disebabkan oleh adanya kinerja atau prestasi kerja sehingga
pekerja yang lebih produktif akan mendapatkan kepuasan.
D.
Pengaruh Kepuasan Kerja
1. Terhadap Produktivitas
Orang
berpendapat bahwa produktivitas dapat dinaikkan dengan meningkatkan kepuasan
kerja. Kepuasan kerja mungkin merpakan akibat dari produktivitas atau
sebaliknya. Produktivitas yang tinggi menyebabkan peningkatan dari kepuasan
kerja hanya jika tenaga kerja mempersepsikan bahwa apa yang telah dicapai
perusahaan sesuai dengan apa yang mereka terima (gaji/upah) yaitu adil dan
wajar serta diasosiasikan dengan performa kerja yang unggul. Dengan kata lain bahwa
performansi kerja menunjukkan tingkat kepuasan kerja seorang pekerja, karena
perusahaan dapat mengetahui aspek-aspek pekerjaan dari tingkat keberhasilan
yang diharapkan.
2. Ketidakhadiran (Absenteisme)
Menurut
Porter dan Steers, ketidakhadiran sifatnya lebih spontan dan kurang
mencerminkan ketidakpuasan kerja. Tidak adanya hubungan antara kepuasan kerja
dengan ketidakhadiran. Karena ada dua faktor dalam perilaku hadir yaitu
motivasi untuk hadir dan kemampuan untuk hadir.
Sementara
itu menurut Wibowo (2007:312) antara kepuasan dan ketidakhadiran/kemangkiran
menunjukkan korelasi negatif. Sebagai contoh perusahaan memberikan cuti sakit
atau cuti kerja dengan bebas tanpa sanksi atau denda termasuk kepada pekerja
yang sangat puas.
3. Keluarnya Pekerja (Turnover)
Sedangkan
berhenti atau keluar dari pekerjaan mempunyai akibat ekonomis yang besar, maka
besar kemungkinannya berhubungan dengan ketidakpuasan kerja. Menurut Robbins
(1998), ketidakpuasan kerja pada pekerja dapat diungkapkan dalam berbagai cara
misalnya selain dengan meninggalkan pekerjaan, mengeluh, membangkang, mencuri
barang milik perusahaan/organisasi, menghindari sebagian tanggung jawab
pekerjaan mereka dan lainnya.
4. Respon terhadap Ketidakpuasan Kerja
Ada empat cara tenaga
kerja mengungkapkan ketidakpuasan Robbins (2003):
a. Keluar (Exit) yaitu meninggalkan
pekerjaan termasuk mencari pekerjaan lain.
b.
Menyuarakan (Voice) yaitu memberikan saran perbaikan dan mendiskusikan
masalah dengan atasan untuk memperbaiki kondisi.
c. Mengabaikan (Neglect) yaitu sikap
dengan membiarkan keadaan menjadi lebih buruk seperti sering absen atau semakin
sering membuat kesalahan.
d. Kesetiaan (loyality) yaitu menunggu
secara pasif samapi kondisi menjadi lebih baik termasuk membela perusahaan
terhadap kritik dari luar.
E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja
·
(Levi,2002) lima aspek yang terdapat dalam kepuasan
kerja, yaitu
- Pekerjaan itu sendiri (Work It self),Setiap pekerjaan memerlukan suatu keterampilan tertentu sesuai dengan bidang nya masing-masing. Sukar tidaknya suatu pekerjaan serta perasaan seseorang bahwa keahliannya dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan tersebut, akan meningkatkan atau mengurangi kepuasan kerja.
- Atasan(Supervision), atasan yang baik berarti mau menghargai pekerjaan bawahannya. Bagi bawahan, atasan bisa dianggap sebagai figur ayah/ibu/teman dan sekaligus atasannya.
- Teman sekerja (Workers), Merupakan faktor yang berhubungan dengan hubungan antara pegawai dengan atasannya dan dengan pegawai lain, baik yang sama maupun yang berbeda jenis pekerjaannya.
- Promosi(Promotion),Merupakan faktor yang berhubungan dengan ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh peningkatan karier selama bekerja.
- Gaji/Upah(Pay), Merupakan faktor pemenuhan kebutuhan hidup pegawai yang dianggap layak atau tidak.
Aspek-aspek
lain yang terdapat dalam kepuasan kerja :
- Kerja yang secara mental menantang, Kebanyakan Karyawan menyukai pekerjaan-pekerjaan yang memberi mereka kesempatan untuk menggunakan keterampilan dan kemampuan mereka dan menawarkan tugas, kebebasan dan umpan balik mengenai betapa baik mereka mengerjakan. Karakteristik ini membuat kerja secara mental menantang. Pekerjaan yang terlalu kurang menantang menciptakan kebosanan, tetapi terlalu banyak menantang menciptakan frustasi dan perasaan gagal. Pada kondisi tantangan yang sedang, kebanyakan karyawan akan mengalamai kesenangan dan kepuasan.
- Ganjaran yang pantas, Para karyawan menginginkan sistem upah dan kebijakan promosi yang mereka persepsikan sebagai adil,dan segaris dengan pengharapan mereka. Pemberian upah yang baik didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat keterampilan individu, dan standar pengupahan komunitas, kemungkinan besar akan dihasilkan kepuasan. tidak semua orang mengejar uang. Banyak orang bersedia menerima baik uang yang lebih kecil untuk bekerja dalam lokasi yang lebih diinginkan atau dalam pekerjaan yang kurang menuntut atau mempunyai keleluasaan yang lebih besar dalam kerja yang mereka lakukan dan jam-jam kerja. Tetapi kunci yang manakutkan upah dengan kepuasan bukanlah jumlah mutlak yang dibayarkan; yang lebih penting adalah persepsi keadilan. Serupa pula karyawan berusaha mendapatkan kebijakan dan praktik promosi yang lebih banyak, dan status sosial yang ditingkatkan. Oleh karena itu individu-individu yang mempersepsikan bahwa keputusan promosi dibuat dalam cara yang adil (fair and just) kemungkinan besar akan mengalami kepuasan dari pekerjaan mereka.
- Kondisi kerja yang mendukung,Karyawan peduli akan lingkungan kerja baik untuk kenyamanan pribadi maupun untuk memudahkan mengerjakan tugas. Studi-studi memperagakan bahwa karyawan lebih menyukai keadaan sekitar fisik yang tidak berbahaya atau merepotkan. Temperatur (suhu), cahaya, kebisingan, dan faktor lingkungan lain seharusnya tidak esktrem (terlalu banyak atau sedikit).
- Rekan kerja yang mendukung, Orang-orang mendapatkan lebih daripada sekedar uang atau prestasi yang berwujud dari dalam kerja. Bagi kebanyakan karyawan, kerja juga mengisi kebutuhan akan sosial. Oleh karena itu bila mempunyai rekan sekerja yang ramah dan menyenagkan dapat menciptakan kepuasan kerja yang meningkat. Tetapi Perilaku atasan juga merupakan determinan utama dari kepuasan.
- Kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan, Pada hakikatnya orang yang tipe kepribadiannya kongruen (sama dan sebangun) dengan pekerjaan yang mereka pilih seharusnya mendapatkan bahwa mereka mempunyai bakat dan kemampuan yang tepat untuk memenuhi tuntutan dari pekerjaan mereka. Dengan demikian akan lebih besar kemungkinan untuk berhasil pada pekerjaan tersebut, dan karena sukses ini, mempunyai kebolehjadian yang lebih besar untuk mencapai kepuasan yang tinggi dari dalam kerja mereka.
F. Cara Untuk
Meningkatkan Kepuasan Kerja
1. Menciptakan tantangan baru
Jika
pekerja terjebak dalam sebuah pekerjaan karena kurang pendidikan atau penciutan
perusahaan, tak selalu berarti pekerjaan itu membosankan. Dengan sedikit
imajinasi, ciptakan tantangan baru dan lakukan yang terbaik untuk pekerjaan
tersebut.
• Perbaiki
keterampilan
Bayangkan Anda sudah
memiliki pekerjaan impian, dan melihat diri Anda sebagai manajer proyek
jempolan, orang yang percaya diri, dan sangat terorganisasi. Mengapa tidak
menerapkan bayangan itu pada pekerjaan Anda sekarang?
• Buat proyek
sendiri
Buat proyek yang
bisa memotivasi dan memberi pekerja perasaan mengontrol. Mulailah dari mengatur
perayaan ulang tahun di kantor, lalu setelah itu pekerja membuat proyek yang
lebih besar. Pekerja juga bisa melakukan sesuatu yang bisa meningkatkan rasa
percaya diri.
• Membantu anak baru
Setelah menguasai
sebuah pekerjaan, pekerja akan mendapati pekerjaan sebagai rutinitas. Bantulah
rekan kerja baru untuk meningkatkan keterampilan mereka. Ini bisa memperbarui
tantangan dan kepuasan yang pekerja inginkan.
2. Kalahkan Kebosanan
• Ubah hal monoton
Ambil cuti lalu
melakukan kegiatan seperti membaca, mendengarkan musik, jalan-jalan, atau
menulis surat
untuk sahabat.
• Minta penugasan
baru
Apakah pekerjaan
pekerja termasuk melakukan hal yang berulang seperti memasukkan data ke
database atau bekerja di ban berjalan? Bicaralah dengan atasan, minta pelatihan
tugas berbeda untuk mengatasi kebosanan. Setelah selesai, pekerja bisa kembali
ke tugas semula.
• Lakukan tugas
sukarelawan
Bila pekerja
mendengar perusahaan meluncurkan proyek baru, jadilah seorang sukarelawan untuk
masuk dalam tim proyek itu.
• Minta tantangan
baru
Jika bos pekerja
cukup enak diajak bicara, katakanlah bahwa Anda merasa sedikit bosan dengan
pekerjaan sekarang dan ingin sebuah tantangan baru.
3.
Berpikir Positif
Mengubah sikap soal
pekerjaan memang tak bisa sekejap. Cobalah teknik ini untuk menyadari cara
pikir Anda:
• Berhenti berpikir
negative
Perhatikan
pesan-pesan dari otak untuk diri sendiri. Ketika mendapati diri sendiri
berpikir bahwa pekerjaan sekarang membosankan, segera hentikan pikiran itu.
• Kembalikan pada
perspektif yang benar
Ingat bahwa semua
orang pernah mengalami hari baik dan hari buruk di tempat kerja.
• Cari hikmahnya
Mungkin pekerja
pernah menerima penilaian yang buruk dari atasan dan dia minta pekerja
memperbaiki kinerja. Jangan diambil hati dan langsung mencari pekerjaan baru.
Cobalah cari hikmahnya. Mungkin itu berarti kesempatan mengikuti pelatihan
baru, mendapat ilmu baru, dan pekerja bisa menunjukkan kepada atasan bahwa
pekerja mampu berubah dan memperbaiki kinerja.
• Belajar dari
kesalahan
Kegagalan adalah
alat pembelajaran yang paling hebat, sayangnya banyak orang membiarkan
kegagalan mengalahkan mereka. Ketika gagal di pekerjaan, belajarlah dan coba
lagi.
• Bersyukur
Rasa syukur dapat
membantu pekerja fokus pada hal-hal baik yang ada di perusahaan pekerja.
Greenberg
dan Baron (2003:159) memberikan saran untuk mencegah ketidakpuasan dan
meningkatkan kepuasan dengan cara sebagai berikut :
1) Membuat pekerjaan yang menyenangkan
Karena pekerjaan
yang mereka senang kerjakan daripada yang membosankan akan membuat orang
menjadi lebih puas.
2) Orang dibayar dengan jujur
Orang yang percaya
bahwa sistem pengupahan/penggajian tidak jujur cendrung tidak puas dengan
pekerjaannya.
3) Mempertemukan orang dengan pekerjaan yang
cocok dengan minatnya.
Semakin banyak orang
menemukan bahwa mereka dapat memenuhi kepentingannya di tempat kerja, semakin
puas mereka dengan pekerjaannya.
4) Menghindari kebosanan dan pekerjaan
beruang-ulang
Kebanyakan orang
cendrung mendapatkan sedikit kepuasan dalam melakukan pekerjaan yang sangat
membosankan dan berulang. Karena orang jauh lebih puas dengan pekerjaan yang
meyakinkan mereka memperoleh sukses dengan secara bebas melakukan kontrol atas
cara mereka melakukan sesuatu.
Sedangkan menurut Riggio, peningkatan kerja dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
1
. Melakukan perubahan struktur kerja
Misalnya dengan
melakukan perputaran pekerjaan (job rotation), yaitu sebuah sistem
perubahan pekerjaan dari salah satu tipe tugas ke tugas yang lainnya (yang
disesuaikan dengan job description). Cara kedua yang harus dilakukan
adalah dengan pemekaran (job enlargement), atau perluasan satu
pekerjaan sebagai tambahan dan bermacam-macam tugas pekerjaan. Praktek untuk
para pekerja yang menerima tugas-tugas tambahan dan bervariasi dalam usaha
untuk membuat mereka merasakan bahwa mereka adalah lebih dari sekedar anggota
dari organisasi.
2
. Melakukan perubahan struktur pembayaran
Perubahan sistem
pembayaran ini dilakukan dengan berdasarkan pada keahliannya (skill-based
pay), yaitu pembayaran dimana para pekerja digaji berdasarkan pengetahuan
dan keterampilannya daripada posisinya di perusahaan. Pembayaran kedua
dilakukan berdasarkan jasanya (merit pay), sistem pembayaran dimana
pekerja digaji berdasarkan performancenya, pencapaian finansial pekerja
berdasarkan pada hasil yang dicapai oleh individu itu sendiri. Dan pembayaran
yang ketiga adalah Gainsharing atau pembayaran berdasarkan pada
keberhasilan kelompok (keuntungan dibagi kepada seluruh anggota kelompok).
3.
Pemberian jadwal kerja yang fleksibel
Dengan memberikan
kontrol pada para pekerja mengenai pekerjaan sehari-hari mereka, yang sangat
penting untuk mereka yang bekerja di daerah padat, dimana pekerja tidak bisa
bekerja tepat waktu atau untuk mereka yang mempunyai tanggung jawab pada
anak-anak. Compressed work week (pekerjaan mingguan yang dipadatkan),
dimana jumlah pekerjaan per harinya dikurangi sedang jumlah jam pekerjaan per
hari ditingkatkan. Para pekerja dapat
memadatkan pekerjaannya yang hanya dilakukan dari hari senin hingga jum’at,
sehingga mereka dapat memiliki waktu longgar untuk liburan. Cara yang kedua
adalah dengan sistem penjadwalan dimana seorang pekerja menjalankan sejumlah
jam khusus per minggu (Flextime), tetapi tetap mempunyai fleksibilitas
kapan mulai dan mengakhiri pekerjaannya.
4.
Mengadakan program yang mendukung
Perusahaan
mengadakan program-program yang dirasakan dapat meningkatkan kepuasan kerja
para karyawan, seperti; health center, profit sharing, employee sponsored child
care, dll.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Kepuasan kerja adalah sikap
emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Kepuasan atau
ketidakpuasan yang dirasakan oleh individu merupakan hasil dari perbandingan
atau kesenjangan yang dilakukan oleh diri sendiri terhadap berbagai macam hal
yang sudah diperolehnya dari pekerjaan dan yang menjadi harapannya. Kepuasan
kerja mempunyai korelasi positif terhadap produktifitas kerja. Kepuasan kerja
juga mempengaruhi produktifitas kerja individu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah
atasan, teman, gaji, pekerjaan itu sendiri dan promosi. Cara meningkatkan
kepuasan kerja adalah menciptakan tantangan baru, berfikir positif, dan
mengalahkan kebosanan.
B.
SARAN
Seorang atasan harus dapat menciptakan situasi kerja
yang menyenangkan, memberikan penghargaan yang sesuai dengan kinerja dan kualitas
kerja karyawan. Karena produktifitas kerja sangat dipengaruhi oleh kepuasan
kerja.
Apple Watch Series 6 Titanium | TITaniumArts.com
BalasHapusApple Watch Series 6 Titanium | TITaniumArts.com. titanium necklace mens Apple Watch Series. anodizing titanium Tinti. Apple Watch Series. titanium bar stock $35.00. Apple Watch Series. $30.00. Apple ford ecosport titanium Watch Series. $31.00. Apple titanium bars Watch Series.
d581j3tiezg031 women sex toys,wolf dildo,dog dildo,horse dildo,couples sexy toys,love dolls,wholesale sex toys,dildos,sex toys p451o6skrme053
BalasHapusne495 mizunoskonorge,gymshark tricko,gymshark sale,on running nz,asics tenis,caterpillar shoes,caterpillarfootwearaustralia,keds schuhe,mizuno sale australia mv909
BalasHapus