Kamis, 15 Desember 2016

PSIKOLOGI KONSELING



PSIKOLOGI KONSELING

 

 


 

BAB I
PENDAHULUAN


A.  LATAR BELAKANG
Psikologi konseling yang merupakan cabang dari psikologi. Psikologi berasal dari bahasa yunani, yaitu psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Jadi, secara harfiah psikologi adalah ilmu tentang jiwa atau ilmu jiwa. Sedangkan Konseling (counseling) biasanya kita kenal dengan istilah penyuluhan, yang secara awam dimaknakan sebagai pemberian penerangan, informasi, atau nasihat kepada pihak lain. Konseling sebagai cabang dari psikologi merupakan praktik pemberian bantuan kepada individu.
Dengan mengerti pengertian psikologi dan pengertian konseling saja tidak cukup untuk kita sebagai calon konselor. Oleh karena itu, kita harus mengetahui apa sebenarnya pengertian psikologi konseling secara utuh, selain itu juga kita dituntut mampu memahami isi dari psikologi konseling, diantaranya langkah – langkah psikologi konseling dan tahap konseling dan dapat mengaplikasikannya sebagai bagian dari tugas seorang konselor.

B.  RUMUSAN MASALAH
1.   Apakah pengertian Psikologi Konseling?
2.   Apakah manfaat psikologi konseling bagi kehidupan manusia?
3.   Bagaimanakah karakteristik konselor?
4.   Apa sajakah ketrampilan berkomunikasi yang harus dimiliki oleh konselor?
5.   Bagaimanakah tahapan-tahapan dalam melakukan konseling?

C.  TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian psikologi konseling
2. Untuk mengetahui manfaat psikologi konseling bagi kehidupan manusia
3. Untuk mengetahui karakteristik seorang konselor
4. Untuk mengetahui ketrampilan berkomunikasi yang harus dimiliki oleh konselor.
5. Untuk mengetahui tahapan-tahapan dalam melakukan konseling



BAB II
PEMBAHASAN

A.   Pengertian Psikologi Konseling
Psikologi Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang mengalami sesuatu masalah (disebut konsele) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien. Istilah ini pertama kali digunakan oleh Frank Parsons di tahun 1908 saat ia melakukan konseling karier. Berikut Pengertian Konseling Menurut Para Ahli
1.   Menurut Schertzer dan Stone (1980)
Psikologi Konseling adalah upaya membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan konseli agar konseli mampu memahami diri dan lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya sehingga konseli merasa bahagia dan efektif perilakunya.
2.   Menurut Jones (1951)
Psikologi Konseling adalah kegiatan dimana semua fakta dikumpulkan dan semua pengalaman siswa difokuskan pada masalah tertentu untuk diatasi sendiri oleh yang bersangkutan. Dimana ia diberi panduan pribadi dan langsung dalam pemecahan untuk lkien. Konseling harus ditujukan pada perkembangan yang progresif dari individu untuk memecahkan masalah-masalahnya sendiri tanpa bantuan.
3.   Prayitno dan Erman Amti (2004:105)
Psikologi Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.

B.  Manfaat Psikologi Konseling
Psikologi Konseling pada hakikatnya membantu menyelesaikan masalah klien dan sebagai proses psikologis yang mana klien menghadapi suatu masalah dan konseling membantu memperbaiki keadaan klien menjadi kembali ke keadaan normal atau baik kembali sehingga didalam proses konseling klien akan mendapatkan suatu pengalaman baru. Ada lima macam pengalaman baru yang dapat diperoleh oleh klien dalam proses konseling :
1.      Mengenali konflik-konflik internal
Konseling membantu orang untuk mengenal bahwa masalah-masalah yang dialaminya sesungguhnya bersumber dari konflik-konflik yang ada dalam dirinya dan bukan karena situasi di luar dirinya.
2.      Menghadapi realitas
Banyak orang menghadapi berbagai masalah dalam dirinya karena kurang mampu menghadapi realitas. Sehingga mereka tidak mengetahui realita yang sebenarnya.
3.     Memulai suatu hubungan baru
Dengan adanya konseling, konseling akan memberikan peluang kepada klien untuk memperoleh hubungan baru yang mungkin belum pernah diperoleh sebelumnya. Dalam konseling ini klien berinteraksi dengan konselor dalam serangkaian wawancara konseling.
4.     Meningkatkan kebebasan psikologis
Banyak orang yang menghadapi kesulitan dan masalah karena dalam dirinya terdapat kekurangbebasan dalam menyatakan hal-hal yang bersifat psikologis. Misalnya merasa takut untuk berbeda pendapat dengan orang lain, karena merasa tidak bebas untuk menyatakan perasaan tertentu.
5.     Memperbaiki konsepsi-konsepsi yang keliru
Untuk dapat bebuat secara tepat, orang harus mampu mewujudkan perilaku yang didasarkan atas konsepsi secara benar. Akan tetapi orang yang memiliki konsepsi tentang perilakunya secara keliru. Makadalam proses konseling inilah semua konsepsi-konsepsi ini akan diluruskan.

C.  Karakteristik Konselor
1.      Kepribadian konselor
Ada beberapa keperibadian konselor yang perlu diperhatikan atau yang harus dimiliki seorang konselor untuk kepribadianya yaitu :
a.   Memiliki keperibadian yang kuat
b.   Bersifat menerima seseorang sebagaimana adanya
c.   Empati
d.   Jaminan emosional
e.   Menghindari nasihat-nasihat
f.   Memiliki ilmu jiwa dalau atau pun psikologi dan psikoterapi

2.      Kualitas konselor
Beberapa hal yang harus dimiliki konselor untuk menentukan kualitas konselor yaitu :
1)        Pengetahuan mengenai diri sendiri
2)        Kompetensi
3)        Kesihatan psikologis yang baik
4)        Dapat dipercaya
5)        Kejujuran
6)        Kekuatan atau daya
7)        Kehangatan pendengar yang aktif
8)        Kesabaran
9)        Kebebasan
10)    Kepekaan
11)    Kesadaran

D.  Ketrampilan Berkomunikasi Konselor
Untuk terlaksananya suatu komunikasi konseling yang dialogis, dengan mengajak klien berpartisipasi secara aktif, selain dari memahami karakter klien, adalah menguasai materi bahasan dan menguasai keterampilan berkomunikasi dialogis. Sekurang – kurangnya ada delapan keterampilan dialogis yang harus dikuasai yaitu :
1.      Keterampilan penghampiran
Penghampiran (attending), merupakan keterampilan dasar dalam proses komunikasi yang bersifat dialogis, karena penghampiran seolah – olah merupakan pembukaakan pintu pertama untuk memulai suatu komunikasi.keterampilan penghampiran merupakan keterampilan  berkomunikasi melalui isyarat- isyarat verbal dan non verbal, sehingga memberikan kemungkinan para mitra memberikan perhatian kepada pembicara pada tahap paling awal.
Untuk itu penghampiran ini merupakan keterampilan dasar dalam setiap proses komunikasi yang bersifat dialogis. Hal ini biasanya dilakukan dengan sapaan yang biak dengan nada yang baik, seperti : “assalamualaikum”, “selamat pagi” , dan lain sebagainya. Hal seperti itu dilakukan dengan cara perkataan yang baik dan sopan, dengan bahasa tubuh yang baik, seperti kontak mata, gerak badan dan lain-lain. Dengan itu  klien akan merasa diterima dan merasa penting serta merasa dihargai berada di dekat seorang konselor. Keterampilan ini dapat dikebangkan melalui berbagai cara, seperti :
• Ungkapan salam dan sapaan secara sopan
• Penampilan diri dengan postur  fisik yang meyakinkan
• Gerakan fisik yang disertai dengan perhatian
• Pengakuan
• Memelihara kontak mata
• Mengamati dan meyimak dengan penuh perhatian

2.      Keterampilan empati
Berempati kepada pihak lain merupakan keterampilan dasar dalam berkomunikasi terutama dalam komunikasi dialogis. Empati mempunyai makna sebagai sutau kesediaan untuk memahami orang lain secara paripurna, baik yang Nampak maupun yang terkandung, khususnya dalam aspek perasaan, pikiran, dan keinginan. Dengan berempati kita berusaha menempatkan diri kita dalam suasana perasaan, pikiran, dan  keinginan orang lain sedekat mungkin
            Keterampilan empati dapat dilakukan dengan memberikan respon dalam bentuk:
a.    Sikap menerima dan memahami ungkapan klien, minsalnya dengan gerakan mata, angukan, gerakan tanggan, air muka,
b.     Memberikan perhatian yang mendalam terhadap ungkapan klien,
c.     Pernyataan yang menggambarkan ungkapan suasana perasaan yang diungkapkan,
d.     Memberikan dukungan terhadap ungkapan tertentu.

3.     Keterampilan merangkumkan
Dalam suatu komunikasi  dialogis dalam konseling, mungkin akan mengemukakan dalam bentuk ungkapan tertentu dan mungkin secara panjang lebar. Sebagai wujud sikap penerimaan kita terhadap ungkapan tersebut, maka keterampilan yang diperlukan adalah keterampilan merangkum. Keterampilan ini dinyatakan dalam bentuk pemberian respon dengan  membuat rangkuman secara tepat semua materi yang diungkapkan.  Untuk itu konselor harus mampu menyimak seluruh pembicaraan  bersama klien dengan baik, dan kemudian  membuat rangkuman selanjutnya disampaikan sebagai respon konselor terhadap klien. Keterampilan membuat rangkuman yang baik dan yang tepat dapat memberikan dampak psikologi adanya rasa diterima, dihargai, dan diakui yang pada gilirannya dapat menunjang proses konseling selanjutnya.
            Keterampilan merangkum dapat  dilakukan dengan cara – cara seperti:
a.    Memberikan kesempatan kepada klien untuk menyampaikan ungkapan secara lengkap.
b.    Menujukkan sikap memberikan perhatian dan menyimaknya dengan penuh perhatian.
c.     Membuat catatan seperlunya untuk  merangkup pembicaraan.
d.     Pada akhir klien menyampaikan ungkapannya, konselor memberikan respon dalam bentuk menyampaikan rangkuman pembicaraan.

4.      Keterampilan bertanya
Bertanya merupakan salah aspek dalam proses komunikasi konseling, baik dalam memulai, selama proses berjalan, atau pun dalam  mengakhiri keterampilan bertanya merupakan keterampilan yang cukup penting dan strategi dalam komunikasi konseling, sebab dapat menentukan kelancaran proses konseling. Dalam komunikasi konseling ada dua macam bentuk pertanyaan  yaitu: pertanyaan terbuka merupakan pertanyan yang menuntut jawaban secara terbuka oleh klien. Pertanyaan tertutup merupakan pertanyaan yang jawabannya sudah pasti dan biasanya bersifat factual.Keterampilan bertanya dapat dikembangkan dengan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut.
a.    Perhatikan suasana konseling dan klien.
b.    Kuasai materi yang terkait dengan pertanyaan.
c.    Ajukan pertanyaan dengan cara yang jelas dan terarah, serta tidak keluar dari topic pembahasan.
d.    Segera berikan respon balikan terhadap jawaban pertanyaan yang diajukan, dengan sikap yang baik dan empati.

5.     Keterampilan kejujuran (genuineness)
Dalam komunikasi konseling, konselor selaku komunikator harus mampu menunjukkan kejujuran dari apa yang diungkapkan sehingga dapat memberikan pesan secara objektif. Dalm hal ini mampu menyampaikan sesuatu secara terbuka tanpa harus dimanipulasi. Berkomunikasi secara jujur dan hasil merupakan kerterampilan komunikasi konseling yang amat penting. Dengan keterampilan ini konselor dapat menyatakan perasaan\nya mengenai perasaan klien dengan cara sedemikian rupa sehingga klien dapat menerima tanpa ada rasa ketersingungan. Keterampilan kejujuran dapat membantu untuk berbagai perasaan terhadap apa yang dikatakan atau dilakukan klien, dan tetap menjaga hubungan baik. Untuk mengembangkan keterampilan kejujuran ada empat kondisi yang harus diperhatikan  yaitu:
a.      Ungkapkan perasaan yang sebenarya
b.      Kejadian yang membuat perasaan itu.
c.      Alasan mengapa berperasaan seperti itu
d.      Pengaruh perasaan itu terhadap kegiatan selanjutnya.

6.      Keterampilan asertif
Asersi adalah suatu tindakan dalam memberikan respon kepada tindakan orang lain dalam bentuk mempertahankan hak azasi sendiri yang mendasar, tanpa melanggar hak azasi orang lain yang mendasari dengan asasi, seseorang akan mampu mengakui hak azasi orang lain dan mampu bersikap secara tepat tanpa menguraingi hak azasi sendiri. Dalm komunikasi konseling, keterampilan untuk bersikap asertif diperlukan dalam menerima respon klien dan memberikan respon kembali dengan cara yang sedemikian rupa, sehingga klien merasa hak azasinya tidak terganggu.

7.     Keterampilan konfrontasi
Keterampilan konfrontasi digunakan untuk memberikan respon terhadap pesan seseorang yang mengandung pesan ganda yang tidak sesuai saling bertentang satu dengan yang lainnya.  Dengan keterampilan konfrontasi kita dapat mengenal dan kita dapat mengenal dan merespon pesan ganda klien, sehingga ia menyadarinya dan kemudian berkembang kearah yang  lebih baik. Dalam komunikasi konseling, keterampilan konfrontasi merupakan cara konselor untuk membentuk titik perbedaan atau pertentangan dalam situasi sebagai berikut:
a.     Perbedaan antara apa yang dikatakan dan apa yang dilakukan klien, minsalnya: “anda mengatakan bahwa anda selalu membaca Koran setiap har, tetapi ternyata hari ini anda tidak melakukan hal itu”.
b.     Perbedaan antara apa yang telah dikatakan seseorang dengan apa yang dilaporkan orang lain tentang dia, minsalnya “anda mengatakan bahwa anda adalah orang miskin dan  tidak mampu, akan tetap tetangga anda mengatakan bahwa anda baru saja membeli mobil baru TV berwarna”
c.      Perbedaan apa yang akan dikatakan dengan apa yang nampak, misalnya: “anda mengakui tidak marah, tetapi suara dan perbuatan anda menyatakan kemarahan.
Dalam menerapkan keterampilan konfrontasi ini, hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a.     Konselor hendaknya memiliki pemahaman yang tepat dan bersikap empati dan jujur,
b.     Harus diperhatikan agar klien mau menerimanya dan tidak memberikan pertahanan dan perlawanan.
c.     Harus bersesuaikan dengan situasi dan kondisi masalah,
d.     Harus singkat dan tepat sasaran .
  
8.      Keterampilan pemecahan masalah
Keterampilan pemecahan masalah sangat diperlukan dalam komunikasi konseling untuk membantu klien dalm memecahkan masalah – masalah yang dihadapi.Ada tujuh tahapan yang dapat ditempuh dalam pemecahan masalah, yaitu:
a.     Menjajagi masalah, yaitu tahapan dimana melalui dialog antara konselor  dank lien  menetapkan masalah yang dihadapi.
b.     Memahami masalah, yaitu tahaapaan lebih lanjut untuk lebih mempertegas masalah yang sesungguhnya beserta aspek- aspek yang terkait latar belakang, alasan, tujuan sumber-sumber terkait, dsd
c.     Membatasi masalah, yaitu tahapan untuk bersama-sama menetapkan batasan-batasan masalah baik dari dimensi waktu maupun ruang, serta sumber-sumber daya penunjang.
d.     Menjabarkan alternative, yaitu konselor dank lien bersama- sama melakukan “ curah pendapat” (brainstorming) untuk menjabarkan  berbagi alternative kemungkinan pemecahan masalah.
e.     Mengevaluasi alternative,  yaitu  menilai setiap alternatif yang telah dikembangkan dalam tahap 4 diatas. Setiap alternative dievaluasi satu persatu dilihat dari kekuatan, kelemahan, peluang, sumber daya, dan prioritasnya.
f.     Memilih alternatif terbaik, yaitu menetapkan alternatif dipandang yang paling tepat berdasarkan hasil evaluasi dalam langkag 5.
g.     Menerapkan alternatif, yaitu tahapan melaksanakan alternatif yang dipandang paling baik dalam bentuk tindakan  nyata.

E. Tahapan-Tahapan Dalam Bimbingan Konseling
1.   Tahapan Awal
Tahap awal merupakan upaya untuk menjalin hubungan baik antara Konselor dengan klien agar klien dapat terlibat langsung dalam proses konseling. Diharapkan dapat memberikan arahan konseling secara tepat. Dalam tahap awal ada dua langkah yang harus diperhatikan. Dalam membina hubungan baik antara Konselor dengan klien, adanya rasa percaya antara keduanya, saling menerima dan bekerja sama dalam menyelesaikan masalah. Klien percaya dan menerima Konselor untuk membantu masalah yang dihadapi, klien mengungkakan masalahnya dengan terbuka, Konselor menerima bahwa masalah klien bear-benar terjadi dan memberi bantuan dengan cara menciptakan rapport atau menggunakan teknik konseling lain. Batasan yang diberikan maksudnya Konselor berusaha mengarahkan masalah yang terjadi pada klien seperti dari beberapa masalah yang dialami Konselor coba memberikan proiritas pada masalah yang paling penting untuk diselesaikan.

2.   Tahapan Inti
a.   Eksplorasi kondisi klien
Usaha Konselor mengkondisikan keadaan klien dalam konseling, atau berusaha mengadakan perubahan pada tingkah laku dan perasaan klien.
b.  Identifikasi masalah dan penyebabnya
Mengadakan pendataan masalah dan mencari tahu latar belakang terjadinya masalah . Identifikasi alternative pemecahan adalah Memberikan beberapa pilihan penyelesaian dan pemecahan masalah diharapkan klien sendiri yang memilih.

c.   Pengujian dan penetapan alternative pemecahan
Meminta klien untuk merealisasikan dari pilihan / keputusan yang diambil.
Evaluasi alternative pemecahan adalah Meninjau kembali pengujian alternative pamecahan masalah serta hasil pemecahan masalah.
d.   Implementasi alternative pemecahan
Menganjurkan untuk mengerjakan dari salah satu pemecahan masalah yang telah berhasil.

3.  Tahap Akhir
Tahap ini memberikan penilaian terhadap keefektifan proses bantuan konseling yang telah dilakukan.
a.   Analisis
Analisis adalah tahap pengumpulan data atau informasi tentang diri klien dan lingkunganya, untuk lebih mengerti terhadap keadaan klien. Mulai dari fisik dan psikis, keluarga, teman sebaya, nilai-nilai yang dianut serta aktivitas klien dengan data pendukung yang didapat dari berbagai sumber.
b.   Sintesis
Sintesis merupakan tahapan untuk merangkum dan mengorganisasikan data hasil tahap analisis, sehingga dapat memberikan gambaran diri klien yang terdiri dari kelemahan dan kelebihan yang dimiliki, serta kemampuan dan ketidakmampuannya menyesuaikan diri. Dirumuskan secara spesifik, singkat dan padat juga sebagai diagnosis awal.
c.   Diagnosis
Diagnosis merupakan tahapan untuk menetapkan hakikat masalah yang dihadapi klien beserta sebab-sebabnya dengan membuat perkiraan atau dugaan, kemungkinan yang akan dihadapi klien berkaitan dengan masalahnya. Ada beberapa tahapan dalam diagnosis yaitu :
1)  Identifikasi masalah
Identifikasi masalah merupakan upaya menentukan hakikat masalah yang dihadapi oleh klien. Penentuan ini dapat menggunakan klasifikasi masalah sebagai berikut:
a. Ketergantungan pada orang lain (dependence)
b. Kurang menguasai keterampilan (lack of skill)
c. Konflik diri (self conflict)
d. Kecemasan menentukan pilihan (choice anxiety)
e. Masalah yang tidak dapat diklasifikasikan (no problem)

Dalam identifikasi masalah kita berusaha memahami apa yang dialami klien dan mencari kesulitan masalah yang dihadapi klien. Diagnosa mengambil kesimpulan untuk menentukan derita klien atau yang dirasakan klien. Dengan klasifikasi masalah dalam disgnosis sebagai berikut :
=> Faktor ketidakpercayaan diri
Ketergantungan pada oranglain, ketidaktahuan potensi yang ada, sulit mengambil keputusan, kurang informasi.
=> Faktor depresi atau konflik diri
Kecemasan(anxiety), gangguan pikiran, gangguan perasaan,dan gangguan tingkah laku.
=>Faktor miskomunikasi atau misunderstanding Kurang informasi, kurang tanggap, kurang peka terhadap lingkungan, atau kurang perhtian, mementingkan diri sendiri.

2)  Penemuan sebab-sebab masalah (etiologi)
Langkah ini merupakan upaya penentuan dari sumber penyebab timbulnya masalah. Yakni diantaranya mencari hubungan antara masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang. Dengan melihat hasil identifikasi masalah dapat timbul dari dalam diri dan luar diri klien. Penyebab yang berasal dari diri klien antara lain; gangguan kesehatan, kebiasaan-kebiasaan buruk, sikap negatif, kurangnya informasi, kemampuan intelektual yang rendah dan lain-lain. Penyebab yang berasal dari luar diri klien antara lain; sikap orang tua/guru yang tidak menunjang perkembangan klien, lingkungan rumah/sekolah yang tidak sesuai dengan karakteristik klen, dan dukungan sosial ekonomi yang kurang menunjang, serta masyarakat yang tidak kondusif.

3)  Prognosis
Langkah ini merupakan usaha memprediksi apa yang akan terjadi pada diri klien pada kemudian hari dengan memperhatikan masalah yang dialami klien. Dengan memberikan informasi berkaitan dengan prediksi yang dilakukan pada proses diagnosis klien dapat melakukan tindakan sebagai usaha penyelesaian masalahnya.

4)   Konseling / treatment (perlakuan)
Konseling merupakan proses tatap muka antara klien dengan konselor sebagai usaha pemberian bantuan yang dilakukan secara komunikasi verbal. Dengan tujuan agar klien memiliki kepercayaan dan dapat melakukan penyesuaian dirin dengan optimal terhadap lingkungan kehidupannya. Bentuk bantuannya dalam bentuk sebagai berikut :
a)   Identifikasi alternatif masalah
Usaha membuta beberapa pilihan pemecahan masalah berdasarkan hasil diagnosis dan sintesis baik untuk masalah yang berasal dari dalam diriklien atau masalah yang ber asal dari luar diri klien.
b)  Pengujian dan pemilihan alternatif pemecahan masalah
Merupakan tindakan yang kan memperjelas altenatif mana yang akan dilakukan sebagai pemecahan masalah.Melaksanakan pemecahan masalah terpilih. Setelah pemecahan masalah dipilih maka konselor membantu klien dan menetapkan kapan akan direlisasikan. Pemecahan masalah tentu akan melibatkan klien, konselor dan pihak terkait lain. Tujuan konselor memberikan tugas ini adalah:
=> Mengadakan perubahan pada lingkungan klien yang tidak menunjang perkembangannya.
=> Mengubah sikap negatif klien baik terhadap dirinya dan lingkungannya sehingga klien tidak mengalami masalah.
=> Membantu klien menemukan lingkungan yang sesuai dengan dirinya.
=> Membantu klien memperoleh keterampilan dan persyaratan yang diperlukan sehinggan masalah dapat diatasi.
=> Membantu klien menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapi.
c)  Tindak lanjut (follow up)
Tindak lanjut berguna untuk melihat sejauh mana keberhasilan pemberian bantuan melalui proses konseling yang telah berlangsung. Juga sebagai upaya pemeliharaan yang dikembangkan oleh klien untuk mampu mengatasi masalahnya.

BAB III
KESIMPULAN


Psikologi Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang mengalami sesuatu masalah (disebut konsele) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien. Psikologi Konseling pada hakikatnya membantu menyelesaikan masalah klien dan sebagai proses psikologis yang mana klien menghadapi suatu masalah dan konseling membantu memperbaiki keadaan klien menjadi kembali ke keadaan normal atau baik kembali sehingga didalam proses konseling klien akan mendapatkan suatu pengalaman baru.
Terdapat beberapa kepribadian konselor yang perlu diperhatikan atau yang harus dimiliki seorang konselor untuk kepribadianya yaitu :   Memiliki keperibadian yang kuat,  Bersifat menerima seseorang sebagaimana adanya,   Empati,   Jaminan emosional,  Menghindari nasihat-nasihat,  Memiliki ilmu jiwa dalau atau pun psikologi dan psikoterapi. Untuk terlaksananya suatu komunikasi konseling yang dialogis, dengan mengajak klien berpartisipasi secara aktif, selain dari memahami karakter klien, adalah menguasai materi bahasan dan menguasai keterampilan berkomunikasi dialogis.
Hubungan antara konselor dan klien merupakan unsur penting dalam konseling. Hubungan koseling harus dibangun secara spesifik dan berbeda dengan hubungan sosial lainnya. Karena konseling membutuhkan hubungan yang diantaranya perlu adanya keterbukaan, pemahaman, penghargaan secara positif tanpa syarat, dan empati.


DAFTAR PUSTAKA

Jalaliddin Rakhmat. 1985. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya
Moh. Surya. 2003. Psikologi konseling. Bandung : Pustaka bani Quraisy

Tidak ada komentar:

Posting Komentar