PENTINGNYA MENJAGA IMAN
Oleh: ZAENAL ARIFIN
PENDAHULUAN
Setiap
muslim wajib menjaga iman. Iman adalah pegangan utama yang harus dimiliki oleh
setiap manusia. Tanpa iman, seseorang bagaikan pohon yang kekeringan karna
tidak adanya siraman agama, dan akhirnya goyah bahkan mati secara rohani. Iman
islam adalah akidah agama yang memang harus senantiasa dipupuk agar mendapatkan
kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan akhirat.
Iman
dalam diri seseorang tergantung dari dirinya sendiri serta lingkungannya.
Apabila ia memiliki kemauan untuk selalu memperdalam ilmu agamanya, serta
lingkungannya pun mendukung, maka akan bertambahlah keimanannya itu. Namun
apabila ia seolah hanya mementingkan kehidupan di dunia tanpa ingat akan
kehidupan di akhirat kelak, maka dapatlah dikatakan ia tak memiliki iman.
Menjaga
iman yaitu menjaga ketaatan dan ketaqwaan kepada Allah swt. Semakin taat kepada
Allah swt, maka semakin tinggi pula iman islam seseorang. Sebaliknya, orang
yang selalu berpaling dari Allah swt dan perintah-perintah-Nya, dapat
menyebabkan lemahnya iman. Kelemahan iman pun akan mengakibatkan orang tersebut
selalu berbuat maksiat dan tidak pernah mengerjakan amal sholeh.
A.
Pengertian Iman
Para ulama mendefinisikan iman yaitu ucapan dengan lisan, keyakinan hati, serta pengamalan dengan anggota
badan, bisa bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan. [1]
Mayoritas Ahlus Sunnah mengartikan iman mencakup i’tiqad
(keyakinan), perkataan, dan perbuatan.[2]
Imam Muhammad bin Isma’il bin Muhammad bin al Fadhl at Taimi al Asbahani
mengatakan:“Iman menurut pandangan syariat adalah pembenaran hati, dan
amalan anggota badan”.[3]
Iman
adalah keyakinan yang menghujam dalam hati, kokoh penuh keyakinan tanpa
dicampuri keraguan sedikitpun.[4]
Sedangkan keimanan dalam Islam itu
sendiri adalah percaya kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya,
Rosul-rosulNya, hari akhir dan beriman kepada takdir baik dan buruk. Iman
mencakup perbuatan, ucapan hati dan lisan, amal hati dan amal lisan serta amal
anggota tubuh. Iman bertambah dengan ketaatan dan berkurang karena kemaksiatan.
Kedudukan
Iman lebih tinggi dari pada Islam, Iman memiliki cakupan yang lebih umum dari
pada cakupan Islam, karena ia mencakup Islam, maka seorang hamba tidaklah
mencapai keImanan kecuali jika seorang hamba telah mamapu mewujudka
keislamannya. Iman juga lebih khusus dipandang dari segi pelakunya, karena
pelaku keimanan adalah kelompok dari pelaku keIslaman dan tidak semua pelaku
keIslaman menjadi pelaku keImanan, jelaslah setiap mukmin adalah muslim dan
tidak setiap muslim adalah mukmin[5]
Iman
adakalanya bertambah dan adakalanya berkurang, maka perlu diketahui kriteria
bertambahnya Iman hingga sempurnanya Iman, yaitu:
1)
Diyakini dalam hati
2)
Diucapkan dengan lisan
3)
Diamalkan dengan anggota tubuh.[6]
Sedangkan
dalam Islam sendiri jika membahas mengenai Iman tidak akan terlepas dari adanya
rukun Iman yang enam, yaitu:
1) Iman
kepada Allah, 2) Iman kepada malaikatNya
3) Iman
kepada kitabNya 4)
Iman kepada rosulNya
5) Iman
kepada Qodho dan Qodar 6)
Iman kepada hari akhir[7]
Demikianlah
kriteria amalan hati dari pribadi yang beriIman, yang jika telah tertanam dalam
hati seorang mukmin enam keImanan itu maka akan secara otomatis tercermin dalam
prilakunya sehari-hari yang sinergi dengan kriteria keImanan terhadap enam poin
di atas.
Jika
Iman adalah suatu keadaan yang bersifat dinamis, maka sesekali didapati
kelemahan Iman, maka yang harus kita lakukan adalah memperkuat segala lini dari
hal-hal yang dapat memperkuat Iman kembali. Hal-hal yang dapat dilakukan bisa
kita mulai dengan memperkuat aqidah, serta ibadah kita karena Iman bertambah
karena taat dan berkurang karena maksiat.
Ketika
Iman telah mencapai taraf yang diinginkan maka akan dirasakan oleh pemiliknya
suatu manisnya Iman, sebagaimana hadits Nabi Muhammad saw.:
حدثنا محمد بن المثنى قال حدثنا عبد الوهاب الثقفي قال حدثنا
أيوب عن أبي قلابة عن أنس عن النبي صلى الله عليه و سلم قال ( ثلاث من كن فيه وجد
حلاوة الإيمان أن يكون الله ورسوله أحب إليه مما سواهما وأن يحب المرء لا يحبه إلا
لله وأن يكره أن يعود في الكفر كما يكره أن يقذف في النار )
Muhammad
bin mutsanna telah berkata ; telah bercerita kepada kita abdul wahab as
tsaqofi, telah bercerita kepada kita Ayyub dari abi qolabah dari annas
dari nabi saw.: “Tiga perkara yang apabila terdapat dalam diri
seseorang, maka ia akan merasakan manisnya Iman: Menjadikan Allah dan RosulNya
lebih dicintainya melebihi dari selain keduanya, mencintai seseorang yang tidak
dicintainya melainkan karena Allah, membenci dirinya kembali kepada kekufuran
sebagaimana bencinya ia kembali dilemparkan ke dalam api neraka.” .[8]
Allah SWT dalam Al alqur’an menyatakan bahwa
Artinya
:
(yaitu)
mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang
mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka. Dan
mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu dan
Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya
(kehidupan) akhirat. ( QS. Al baqoroh
Ayat 3 -4 ) [9]
Definisi
syariat tentang iman bahwasanya iman mencakup perkataan dan perbuatan.
Perkataan mencakup dua hal : perkataan hati, yaitu i’tiqad (keyakinan)
dan perkataan lisan. Perbuatan juga mencakup dua hal yaitu perbuatan hati,
yaitu niat dan ikhlas, serta perbuatan anggota badan.
B.
Ciri – ciri
orang beriman
Orang yang beriman
kepada Allah swt memiliki ciri ciri tersendiri. Sama halnya dengan rusa yang
diburu tanduknya, gajah yang diincar gadingnya serta badak yang diambil
culanya. Tanpa tanda tersebut, maka hilanglah keindahan yang dimiliki oleh
binatang tersebut. Begitu pula dengan manusia yang beriman. Dalam Al-Qur an
dijelaskan tanda-tanda orang yang beriman:
“Sesungguhnya
orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama
Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah
iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu)
orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki
yang Kami berikan kepada mereka.” (QS. Al-Anfal: 2-3)[10]
Keimanan tidak terpisah dari amal, karena amal merupakan
buah keImanan dan salah satu indikasi yang terlihat oleh manusia. Keimanan
memiliki satu ciri yang sangat khas, yaitu dinamis. Yang mayoritas ulama
memandang keImanan beriringan dengan amal soleh, sehingga mereka menganggap
keImanan akan bertambah dengan bertambahnya amal soleh. Akan tetapi ada sebagian
ulama yang melihat Iman berdasarkan sudut pandang bahwa ia merupakan aqidah
yang tidak menerima pemilahan (dikotomi). Maka seseorang hanya memiliki dua
kemungkinan saja: mukmin atau kafir, tidak ada kedudukan lain diantara
keduanya. Karena itu mereka berpendapat Iman tidak bertambah dan tidak
berkurang
Menurut pendapat
sebagian besar ulama ciri orang yang
beriman adalah sebagai berikut: [11]
1. Apabila dibacakan kepadanya
ayat-ayat Allah, maka bertambah keimanannya. Ayat seperti apa yang dimaksud? Ada dua ayat yang
dimaksud, yaitu ayat yang diucapkan oleh Allah dan ayat yang diciptakan Allah
melalui alam. Jika ayat ini dibacakan kepadanya, maka bertambahlah keimanannya.
Laut
yang membentang luas dengan ombak yang bergulung-gulung begitu indah dipandang
mata, jikalau laut itu begitu indah, begitu luas, maka bagaimana dengan yang
menciptakan laut? Kita tidak mengagumi laut melainkan mengagumi yang
menciptakan laut.
2. Dia berserah diri hanya kepada Allah,
berserah diri artinya ialah menyerahkan hasil usahanya kepada Allah, bukan
menyerahkan diri, pasrah terhadap apa saja hasil usahanya kepada Allah.
Tawakkal ialah berserah diri setelah semua yang kita lakukan sudah maksimal.
Kita sudah berusaha sebaik mungkin, mengenai hasil berdoalah kepada Allah.
3. Mendirikan shalat. Mendirikan shalat
maksudnya melakukan shalat dengan syarat dan rukunnya kemudian
mengimplementasikannya ke dalam kehidupan sehari-hari.
4. Orang yang menginfakkan sebagian
hartanya di jalan Allah. Harta dan segalanya yang kita miliki sesungghunya
bukan milik kita sebenarnya. Namun, bagi manusia yang beriman harta bisa
menjadi milik manusia seutuhnya yaitu dengan menginfakkan hartanya di jalan
Allah.
C.
Pentingnya menjaga iman
Banyak sebagian kita
yang beribadah tetapi kurang memahami dan menata hatinya. seperti orang yang
rajin beribadah tapi akhlaknya tak mencerminkan sifat orang yang beribadah
dengan baik contohnya seperti seseorang yang dikenal oleh masyarakat telah haji
tetapi memiliki sifat pelit untuk bersedekah jikapun bersedekah maunya dilihat
orang bahwa dia telah bersedekah cukup besar dan telah menolong orang
lain.
Sifat itu terjadi
karena kurangnya rasa sadar diri dan keterbatasannya dalam mendalami ilmu agama
yang dia jalani selama ini dan adanya penyakit hati yang tak dia benahi didalam
dirinya sendiri sehingga mudah terbawa hasutan syetan dan muncul berbagai
penyakit hati. Hati yang kurang terjaga maka kurang sempurnalah ibadah
yang dia lakukan karena ada penyakit hati yang kurang dia perhatikan dan
disadarinya.
Dari sinilah
seharusnya kita mulai menyadari pentingnya memahami sifat-sifat yang tercela
sehingga dapat menata hati dengan baik, jika melakukan suatu ibadah asal
melakukan saja tetapi tidak memahami sifat-sifat tercela apa saja yang harus di
hindari sama saja bohong.
Begitu juga dalam
menata iman kita Rasulullah saw. bersabda "Sesungguhnya iman dalam
dada setiap kalian itu akan mengalami keusangan sebagaimana pakaian menjadi
lapuk, maka mohonlah kepada Allah SWT, agar Dia memperbarui iman kalian."
(HR Haitami)
Keimanan seseorang
akan rusak atau tidak manfaat apabila seseorang melakukan hal- hal yang dapat
mengurangi bahkan merusak keimanannya oleh karena itu kita patut menjaga iman
dan menata hati kita dari hal-hal yang dapat menjerumuskan kita kehal-hal yang
dapat merusak diri maupun akhlak kita dengan memahami akhlak-akhlak yang
tercela sepertu ujub, ria, takabur, ghurur dll. Dan jangan pernah lupa akan
Allah jika kita ingat selalu kepada Allah maka segala hal yang dilakukan akan
terjaga.
Contoh hal yang
kecil yang terkadang kita lupakan sebuah doa sebelum melakukan sesuatu. Disaat
kita makan jika seseorang ingat Allah maka setiap makan dia pasti tak lupa pula
untuk mengucapkan doa sebelum makan, sesudah makan dan mengucapkan rasa syukur
kepada Allah yang telah memberikan nikmat kepadanya, sedangkan orang yang
terkadang makan tidak berdoa itu terjadi karena dia lupa kepada Allah. Padahal
seseorang yang makan tidak berdoa sama saja dia berbagi makanan kepada syetan.
Jadi begitu pentingnya kita menjaga iman dan menata hati kita didalam hidup
kita agar tercipta akhlak yang mulia dan bersih.
Iman
adalah hal yang bersifat goib,
sedangkan iman sangat berkaitan erat dengan hati, hati berada dalam
genggaman Allah Subhanahu wa ta’ala, Dialah yang membolak balikkan hati kita.
Namun kita harus senantiasa berusaha sekuat tenaga untuk memperbaiki dan
menjaganya serta berusaha agar tetap istiqamah dalam kebaikan. Jika kita lalai
atau kurang waspada dalam menjaganya, maka bersiap siaplah untuk
kejatuhan bahkan kehancuran iman kita. Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya dalam tubuh itu ada segumpal
daging. Bila daging tersebut baik maka baik pula seluruh (anggota) tubuh. Dan
bila segumpal daging tersebut rusak maka rusak pula seluruh (anggota) tubuh.
Ketahuilah … segumpal daging itu adalah hati.’ Hati adalah raja, ia akan
memberikan perintah pada seluruh anggota tubuh kita “ .[12]
Iman dapat bertambah disebabkan karena beberapa
hal :
1. Mengenal Allah Ta’ala melalui nama-nama dan sifat-sifat-Nya.
Semakin seseorang mengenal Allah, keimanannya semkain bertambah.
2.
Memperhatikan ayat-ayat Allah
baik ayat-ayat kauniyah maupun ayat syar’iyah.
3. Banyak melakukan ketaaatan.
4. Meninggalkan kemakisatan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah[13]
Adapun
hal-hal yang dapat mengurangi keimanan di antaranya :
1. Berpaling dari mengenal Allah dan nama-nama serta sifat-sifat-Nya
2.
Tidak mau memperhatikan
ayat-ayat kauniyah dan syar’iyah
3. Sedikitnya amal shalih
4. Melakukan kemaksiatan kepada Allah. [14]
Cara menjaga iman
adalah sebagai berikut: [15]
1. Terus-menerus membaca surah atau ayat-ayat al-Quran setiap hari
semampunya, atau mendengarkan suara lantunan al-Quran dengan hati yang khusyuk,
penuh renungan, dan tafakur.
وَإِذَالَمْتَأْتِهِمبِآيَةٍقَالُواْ لَوْلاَاجْتَبَيْتَهَاقُلْإِنَّمَا أَتَّبِعُمَا
يِوحَىإِلَيَّ مِنرَّبِّي هَذَابَصَآئِرُمِنرَّبِّكُمْوَهُدًى
وَرَحْمَةٌلِّقَوْمٍيُؤْمِنُونَ, وَإِذَاقُرِىءَالْقُرْآنُفَاسْتَمِعُواْلَهُوَأَنصِتُواْلَعَلَّكُمْتُرْحَمُونَ
Dan apabila kamu
tidak membawa suatu ayat Al quran kepada mereka, mereka berkata: `Mengapa tidak
kamu buat sendiri ayat itu?` Katakanlah: `Sesungguhnya aku hanya mengikut apa
yang diwahyukan dari Tuhanku kepadaku. Al quran ini adalah bukti-bukti yang
nyata dari Tuhanmu, petunjuk dan rahmat bagi orang-orang beriman, Dan apabila
dibacakan Al quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan
tenang agar kamu mendapat rahmat. (QS al-A’raf: 203-204)[16]
Hal itu karena
“Tidak seorang pun yang berteman dengan al-Quran, kecuali al-Quran itu akan
melakukan penambahan atau pengurangan, yaitu penambahan dalam petunjuk atau
pengurangan dari kebutaan. Ketahuilah bahwa tidak ada kefakiran bagi seseorang
setelah dia (berteman) dengan al-Quran, dan tidak ada kekayaan yang lebih besar
bagi seseorang setelah dia (berteman) dengan al-Quran. Sungguh di dalam
al-Quran terdapat penyembuh untuk penyakit terbesar, yaitu kekafiran,
kemunafikan, kesalahan dan kesesatan.
2. Menjalankan shalat wajib tepat pada waktunya, bahkan shalat selain
wajib sekalipun jika memungkinkannya. Sesungguhnya shalat itu dapat
meruntuhkan dosa seperti runtuhnya dedaunan dari pohon dan melepaskan dosa
seperti lepasnya tali dari ikatan. Rasulullah saw mengibaratkan shalat ini
dengan kamar mandi yang ada di depan pintu seseorang. Dalam waktu sehari semalam
dia mandi lima
kali, maka tidak akan ada kotoran sedikit pun yang tersisa pada dirinya.”
3. Membaca doa, munajat, dan berzikir yang mudah. Ini semua mengingatkan
akan dosa dan membawa orang untuk bertaubat, mendorong manusia untuk menjauhi
keburukan, dan menambahkan bekal kebaikan.
4. Secara rutin mendatangi pusat-pusat dan lembaga Islam yang sering
mengadakan hari-hari besar dan peringatan keagamaan, hari kelahiran, majelis
kesedihan, dan peringatan-peringatan keagamaan lainnya yang dapat memberi
nasihat, pengarahan, dan wawasan baik pada bulan Ramadhan, Muharram, Shafar,
ataupun pada bulan, hari serta waktu-waktu lainnya.
5. Menghadiri berbagai pertemuan dan muktamar Islam yang diadakan di
negara-negara tersebut serta bergabung di dalamnya.
6. Membaca kitab, majalah, serta koran-koran Islam agar dapat mengambil
manfaat darinya dan sekaligus menikmatinya sebagai khazanah keilmuan.
7. Mendengarkan berbagai macam kaset yang berisikan ceramah-ceramah Islam
yang telah disiapkan oleh para ustad dan para penceramah besar. Sebab, di dalam
kaset-kaset ceramah tersebut terdapat nasihat dan peringatan.
8. Menjauhi tempat-tempat hiburan dan kerusakan, termasuk menghindari
menyaksikan acara televisi yang buruk serta saluran khusus yang memberikan
tayangan-tayangan yang tidak sesuai dengan akidah, agama, norma, kebiasaan,
tradisi, dan pemikiran kita serta peradaban Islam.
9. Mencari sahabat yang saleh yang dapat diarahkan dan memberikan
pengarahan, yang dapat diluruskan dan memberikan pelurusan. Hendaknya
memanfaatkan waktu-waktu kosong untuk duduk bersama mereka dengan membahas
sesuatu yang berguna. Hendaknya menjauhi persahabatan dengan teman-teman yang
berperilaku buruk.
10. Mengintrospeksi diri setiap hari atau setiap minggu tentang apa yang
telah diperbuat. Apabila yang telah diperbuat adalah kebaikan, hendaknya
bersyukur kepada Allah dan meningkatkannya lagi. Apabila yang telah diperbuat
adalah keburukan, hendaknya meminta ampun dan bertaubat kepada-Nya dan berniat
untuk tidak mengulanginya lagi.
KESIMPULAN
Iman yaitu ucapan dengan lisan, keyakinan hati, serta
pengamalan dengan anggota badan, bisa bertambah dengan ketaatan dan
berkurang dengan kemaksiatan. Kriteria Iman yaitu: diyakini
dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan anggota
tubuh. Adapun ciri-ciri iman adalah apabila
dibacakan kepadanya ayat-ayat Allah, maka bertambah keimanannya, senantiasa berserah
diri hanya kepada Allah yaitu berserah diri setelah semua usaha di lakukan dengan
maksimal. Mendirikan shalat merupakan ciri-ciri adanya iman yaitu melakukan
shalat dengan syarat dan rukunnya kemudian mengimplementasikannya ke dalam
kehidupan sehari-hari. Orang yang menginfakkan sebagian hartanya di jalan Allah
juga merupakan ciri-ciri iman. Manusia yang beriman selalu menginfakkan hartanya
di jalan Allah.
Adalah penting
bahwa semua manusia wajib menjaga iman. Keimanan seseorang akan rusak atau
tidak memiliki manfaat apabila seseorang melakukan hal- hal yang dapat
mengurangi bahkan merusak keimanannya oleh karena itu kita patut menjaga iman
dan menata hati kita dari hal-hal yang dapat menjerumuskan kita kehal-hal yang
dapat merusak diri maupun akhlak kita dengan memahami akhlak-akhlak yang
tercela seperti ujub, ria, takabur, ghurur dll. Dan jangan pernah lupa akan
Allah jika kita ingat selalu kepada Allah maka segala hal yang dilakukan akan
terjaga, termasuk iman kita.
Banyak hal yang bisa dilakukan untuk menjaga iman
diantaranya; terus-menerus membaca ayat-ayat al-Quran, menjalankan shalat wajib
tepat pada waktunya, berdoa munajat, dan berzikir. Mengikuti kegiatan kajian
islam, membaca kitab, majalah, serta koran-koran Islam agar dapat mengambil
manfaat darinya dan sekaligus menikmatinya sebagai khazanah keilmuan.
SARAN
Keselamatan
di dunia dan diakhirat merupakan harapan semua umat muslim, adapun hal yang
dapat dilakukan adalah dengan senantiasa menjaga hati. Hati ibarat lentera yang
dapat menerangi umat manusia menuju jalan keselamatan. Menghiasi hati dengan
iman, adalah merupakan keutamaan sebab iman ibaratkan sebuah pisau yang awalnya
tumpul dan bila sering diasah maka iman akan menjadi tajam, begitulah dengan
kita apabila kita tidak sering mengontrol iman kita sendiri maka lambat laun
kadar iman di hati kita akan berkurang dan cenderung mengikuti bujukan syaitan
alhasil bukan syurga yang kita raih tetapi neraka yang kita dapat,
Nauzzubillah.
Mempertahankan
iman memang gampang-gampang susah itu artinya bahwa mempertahankan iman bukan
satu hal yang mudah bagi kita, untuk itu kita harus terus bermohon kepada Allah
SWT agar selalu istiqamah dan terus memperbarui iman di hati kita. Hal ini
sesuai dengan sabda Rasulullah Saw. “ Iman benar-benar bisa usang di dalam
tubuh seseorang dari kalian sebagaimana pakaian. Maka memohonlah kepada Allah
supaya memperbarui iman di hati kalian.” Agar kita dapat memperbarui iman maka,
selayaknya kita selalu menutrisi iman kita agar bertambah dan terus bertambah
menjadi kuat dan kokoh dalam diri kita.
Al-Qur’anul Karim. PT. Sygma Examedia
Arkanleema
Daradjat, Zakiah, dkk.,19966. Dasar-dasar
Agama Islam, Jakarta:
Bulan Bintang
Wahhab,
Muhammad bin Abdul,2004. Tiga Prinsip Dasar dalam Islam, Riyadh:Darussalam.
Busyra, Zainuddin Ahmad,1998. Buku Pintar
Aqidah Akhlaq, Jakarta:
Bulan Bintang
At-Tuwaijiri, Muhammad bin Ibrahim bin
Abdullah,2010. Ensiklopedia Islam Al-Kamil, Jakarta: Darus Sunnah
Press.
Thanthawi,
Ali,2004. Aqidah Islam; Doktrin dan Filosofis, Pajang:Era
Intermedia.
http://Islam.wordpress.com/2012/05/08/12-cara-menjaga-iman/
diakses tanggal 7 Desember 2013
[1]
Daradjat, Zakiah, dkk., Dasar-dasar Agama Islam, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1996). h , 23
[2]
Wahhab, Muhammad bin Abdul, Tiga Prinsip Dasar dalam Islam,(Riyadh:
Darussalam,2004).h, 17
[3]
Ibid, h, 18
[4]
Busyra, Zainuddin Ahmad, Buku Pintar Aqidah Akhlaq, hlm.33
[5]
Ibid, h. 87-88
[6]
Daradjat, Zakiah, dkk., Dasar-dasar Agama Islam, h , 25
[7]
Ibid, h 27
[8]
At-Tuwaijiri, Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah, Ensiklopedia
Islam Al-Kamil, (Jakarta:
Darus Sunnah Press, 2010) h, 31
[9]
Al-qurannulkarim, PT.sygma examedia arkanleema
[10]
Al-qurannulkarim, PT.sygma examedia arkanleema
[11]
Wahhab, Muhammad bin Abdul, Tiga Prinsip Dasar dalam Islam. h, 21
[12]
Thanthawi, Ali, Aqidah Islam; Doktrin dan Filosofis, (Pajang:Era
Intermedia,2004).h, 33
[13]
Thanthawi, Ali, Aqidah Islam; Doktrin dan Filosofis, (Pajang:Era
Intermedia,2004).h, 19
[14]
Ibid, h 20
[15] http://Islam.wordpress.com/2012/05/08/12-cara-menjaga-iman/
diakses tanggal 7 Desember 2013
[16]
Al-qurannulkarim, PT.sygma examedia arkanleema
Tidak ada komentar:
Posting Komentar