Rabu, 17 Desember 2014

PENTINGNYA MENJAGA IMAN



PENTINGNYA MENJAGA IMAN
Oleh: ZAENAL ARIFIN

PENDAHULUAN
Setiap muslim wajib menjaga iman. Iman adalah pegangan utama yang harus dimiliki oleh setiap manusia. Tanpa iman, seseorang bagaikan pohon yang kekeringan karna tidak adanya siraman agama, dan akhirnya goyah bahkan mati secara rohani. Iman islam adalah akidah agama yang memang harus senantiasa dipupuk agar mendapatkan kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan akhirat.
Iman dalam diri seseorang tergantung dari dirinya sendiri serta lingkungannya. Apabila ia memiliki kemauan untuk selalu memperdalam ilmu agamanya, serta lingkungannya pun mendukung, maka akan bertambahlah keimanannya itu. Namun apabila ia seolah hanya mementingkan kehidupan di dunia tanpa ingat akan kehidupan di akhirat kelak, maka dapatlah dikatakan ia tak memiliki iman.
Menjaga iman yaitu menjaga ketaatan dan ketaqwaan kepada Allah swt. Semakin taat kepada Allah swt, maka semakin tinggi pula iman islam seseorang. Sebaliknya, orang yang selalu berpaling dari Allah swt dan perintah-perintah-Nya, dapat menyebabkan lemahnya iman. Kelemahan iman pun akan mengakibatkan orang tersebut selalu berbuat maksiat dan tidak pernah mengerjakan amal sholeh.

A.     Pengertian  Iman
Para ulama mendefinisikan iman yaitu ucapan dengan lisan, keyakinan hati, serta pengamalan dengan anggota badan,  bisa bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan. [1] Mayoritas Ahlus Sunnah mengartikan iman mencakup i’tiqad (keyakinan), perkataan, dan perbuatan.[2] Imam Muhammad bin Isma’il bin Muhammad bin al Fadhl at Taimi al Asbahani mengatakan:“Iman menurut pandangan syariat adalah pembenaran hati, dan amalan anggota badan”.[3]
Iman adalah keyakinan yang menghujam dalam hati, kokoh penuh keyakinan tanpa dicampuri keraguan sedikitpun.[4]  Sedangkan keimanan dalam Islam itu sendiri adalah percaya kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, Rosul-rosulNya, hari akhir dan beriman kepada takdir baik dan buruk. Iman mencakup perbuatan, ucapan hati dan lisan, amal hati dan amal lisan serta amal anggota tubuh. Iman bertambah dengan ketaatan dan berkurang karena kemaksiatan.
Kedudukan Iman lebih tinggi dari pada Islam, Iman memiliki cakupan yang lebih umum dari pada cakupan Islam, karena ia mencakup Islam, maka seorang hamba tidaklah mencapai keImanan kecuali jika seorang hamba telah mamapu mewujudka keislamannya. Iman juga lebih khusus dipandang dari segi pelakunya, karena pelaku keimanan adalah kelompok dari pelaku keIslaman dan tidak semua pelaku keIslaman menjadi pelaku keImanan, jelaslah setiap mukmin adalah muslim dan tidak setiap muslim adalah mukmin[5]
Iman adakalanya bertambah dan adakalanya berkurang, maka perlu diketahui kriteria bertambahnya Iman hingga sempurnanya Iman, yaitu:
1)   Diyakini dalam hati
2)   Diucapkan dengan lisan  
3)   Diamalkan dengan anggota tubuh.[6]
Sedangkan dalam Islam sendiri jika membahas mengenai Iman tidak akan terlepas dari adanya rukun Iman yang enam, yaitu:
1)   Iman kepada Allah,                             2)   Iman kepada malaikatNya
3)   Iman kepada kitabNya                        4)   Iman kepada rosulNya
5)   Iman kepada Qodho dan Qodar          6)   Iman kepada hari akhir[7]
Demikianlah kriteria amalan hati dari pribadi yang beriIman, yang jika telah tertanam dalam hati seorang mukmin enam keImanan itu maka akan secara otomatis tercermin dalam prilakunya sehari-hari yang sinergi dengan kriteria keImanan terhadap enam poin di atas.
Jika Iman adalah suatu keadaan yang bersifat dinamis, maka sesekali didapati kelemahan Iman, maka yang harus kita lakukan adalah memperkuat segala lini dari hal-hal yang dapat memperkuat Iman kembali. Hal-hal yang dapat dilakukan bisa kita mulai dengan memperkuat aqidah, serta ibadah kita karena Iman bertambah karena taat dan berkurang karena maksiat.
Ketika Iman telah mencapai taraf yang diinginkan maka akan dirasakan oleh pemiliknya suatu manisnya Iman, sebagaimana hadits Nabi Muhammad saw.:
 حدثنا محمد بن المثنى قال حدثنا عبد الوهاب الثقفي قال حدثنا أيوب عن أبي قلابة عن أنس عن النبي صلى الله عليه و سلم قال ( ثلاث من كن فيه وجد حلاوة الإيمان أن يكون الله ورسوله أحب إليه مما سواهما وأن يحب المرء لا يحبه إلا لله وأن يكره أن يعود في الكفر كما يكره أن يقذف في النار )
Muhammad bin mutsanna telah berkata ; telah bercerita kepada kita  abdul wahab as tsaqofi, telah bercerita kepada kita Ayyub dari abi qolabah dari annas dari nabi saw.: “Tiga perkara yang apabila terdapat dalam diri seseorang, maka ia akan merasakan manisnya Iman: Menjadikan Allah dan RosulNya lebih dicintainya melebihi dari selain keduanya, mencintai seseorang yang tidak dicintainya melainkan karena Allah, membenci dirinya kembali kepada kekufuran sebagaimana bencinya ia kembali dilemparkan ke dalam api neraka.” .[8]
Allah SWT  dalam  Al alqur’an menyatakan bahwa
 

 Artinya  :
(yaitu) mereka yang beriman  kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki  yang Kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.  ( QS. Al baqoroh Ayat  3 -4 ) [9]
Definisi syariat tentang iman bahwasanya iman mencakup perkataan dan perbuatan. Perkataan mencakup dua hal : perkataan hati, yaitu i’tiqad (keyakinan) dan perkataan lisan. Perbuatan juga mencakup dua hal yaitu perbuatan hati, yaitu niat dan ikhlas, serta perbuatan anggota badan.

B.      Ciri – ciri  orang beriman
Orang yang beriman kepada Allah swt memiliki ciri ciri tersendiri. Sama halnya dengan rusa yang diburu tanduknya, gajah yang diincar gadingnya serta badak yang diambil culanya. Tanpa tanda tersebut, maka hilanglah keindahan yang dimiliki oleh binatang tersebut. Begitu pula dengan manusia yang beriman. Dalam Al-Qur an dijelaskan tanda-tanda orang yang beriman:

Sesungguhnya orang-orang yang beriman  ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.” (QS. Al-Anfal: 2-3)[10]

Keimanan tidak terpisah dari amal, karena amal merupakan buah keImanan dan salah satu indikasi yang terlihat oleh manusia. Keimanan memiliki satu ciri yang sangat khas, yaitu dinamis. Yang mayoritas ulama memandang keImanan beriringan dengan amal soleh, sehingga mereka menganggap keImanan akan bertambah dengan bertambahnya amal soleh. Akan tetapi ada sebagian ulama yang melihat Iman berdasarkan sudut pandang bahwa ia merupakan aqidah yang tidak menerima pemilahan (dikotomi). Maka seseorang hanya memiliki dua kemungkinan saja: mukmin atau kafir, tidak ada kedudukan lain diantara keduanya. Karena itu mereka berpendapat Iman tidak bertambah dan tidak berkurang
Menurut pendapat sebagian besar ulama   ciri orang yang beriman adalah sebagai berikut:  [11]
1.      Apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Allah, maka bertambah keimanannya. Ayat seperti apa yang dimaksud? Ada dua ayat yang dimaksud, yaitu ayat yang diucapkan oleh Allah dan ayat yang diciptakan Allah melalui alam. Jika ayat ini dibacakan kepadanya, maka bertambahlah keimanannya.
Laut yang membentang luas dengan ombak yang bergulung-gulung begitu indah dipandang mata, jikalau laut itu begitu indah, begitu luas, maka bagaimana dengan yang menciptakan laut? Kita tidak mengagumi laut melainkan mengagumi yang menciptakan laut.
2.      Dia berserah diri hanya kepada Allah, berserah diri artinya ialah menyerahkan hasil usahanya kepada Allah, bukan menyerahkan diri, pasrah terhadap apa saja hasil usahanya kepada Allah. Tawakkal ialah berserah diri setelah semua yang kita lakukan sudah maksimal. Kita sudah berusaha sebaik mungkin, mengenai hasil berdoalah kepada Allah.
3.      Mendirikan shalat. Mendirikan shalat maksudnya melakukan shalat dengan syarat dan rukunnya kemudian mengimplementasikannya ke dalam kehidupan sehari-hari.
4.       Orang yang menginfakkan sebagian hartanya di jalan Allah. Harta dan segalanya yang kita miliki sesungghunya bukan milik kita sebenarnya. Namun, bagi manusia yang beriman harta bisa menjadi milik manusia seutuhnya yaitu dengan menginfakkan hartanya di jalan Allah.

C.     Pentingnya  menjaga iman
Banyak sebagian kita yang beribadah tetapi kurang memahami dan menata hatinya. seperti orang yang rajin beribadah tapi akhlaknya tak mencerminkan sifat orang yang beribadah dengan baik contohnya seperti seseorang yang dikenal oleh masyarakat telah haji tetapi memiliki sifat pelit untuk bersedekah jikapun bersedekah maunya dilihat orang bahwa dia telah bersedekah cukup besar dan telah menolong orang lain. 
Sifat itu terjadi karena kurangnya rasa sadar diri dan keterbatasannya dalam mendalami ilmu agama yang dia jalani selama ini dan adanya penyakit hati yang tak dia benahi didalam dirinya sendiri sehingga mudah terbawa hasutan syetan dan muncul berbagai penyakit hati. Hati yang kurang terjaga maka kurang sempurnalah ibadah yang dia lakukan karena ada penyakit hati yang kurang dia perhatikan dan disadarinya. 
Dari sinilah seharusnya kita mulai menyadari pentingnya memahami sifat-sifat yang tercela sehingga dapat menata hati dengan baik, jika melakukan suatu ibadah asal melakukan saja tetapi tidak memahami sifat-sifat tercela apa saja yang harus di hindari sama saja bohong. 
Begitu juga dalam menata iman kita Rasulullah saw. bersabda "Sesungguhnya iman dalam dada setiap kalian itu akan mengalami keusangan sebagaimana pakaian menjadi lapuk, maka mohonlah kepada Allah SWT, agar Dia memperbarui iman kalian." (HR Haitami) 
Keimanan seseorang akan rusak atau tidak manfaat apabila seseorang melakukan hal- hal yang dapat mengurangi bahkan merusak keimanannya oleh karena itu kita patut menjaga iman dan menata hati kita dari hal-hal yang dapat menjerumuskan kita kehal-hal yang dapat merusak diri maupun akhlak kita dengan memahami akhlak-akhlak yang tercela sepertu ujub, ria, takabur, ghurur dll. Dan jangan pernah lupa akan Allah jika kita ingat selalu kepada Allah maka segala hal yang dilakukan akan terjaga. 
Contoh hal yang kecil yang terkadang kita lupakan sebuah doa sebelum melakukan sesuatu. Disaat kita makan jika seseorang ingat Allah maka setiap makan dia pasti tak lupa pula untuk mengucapkan doa sebelum makan, sesudah makan dan mengucapkan rasa syukur kepada Allah yang telah memberikan nikmat kepadanya, sedangkan orang yang terkadang makan tidak berdoa itu terjadi karena dia lupa kepada Allah. Padahal seseorang yang makan tidak berdoa sama saja dia berbagi makanan kepada syetan. Jadi begitu pentingnya kita menjaga iman dan menata hati kita didalam hidup kita agar tercipta akhlak yang mulia dan bersih.
Iman adalah hal  yang bersifat  goib,  sedangkan iman sangat berkaitan erat dengan hati, hati berada dalam genggaman Allah Subhanahu wa ta’ala, Dialah yang membolak balikkan hati kita. Namun kita harus senantiasa berusaha sekuat tenaga untuk memperbaiki dan menjaganya serta berusaha agar tetap istiqamah dalam kebaikan. Jika kita lalai atau kurang waspada dalam  menjaganya, maka bersiap siaplah untuk kejatuhan bahkan kehancuran iman kita. Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya dalam tubuh itu ada segumpal daging. Bila daging tersebut baik maka baik pula seluruh (anggota) tubuh. Dan bila segumpal daging tersebut rusak maka rusak pula seluruh (anggota) tubuh. Ketahuilah … segumpal daging itu adalah hati.’ Hati adalah raja, ia akan memberikan perintah pada seluruh anggota tubuh kita “ .[12]

     Iman dapat bertambah disebabkan karena beberapa hal :
1.      Mengenal Allah Ta’ala melalui nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Semakin seseorang mengenal Allah, keimanannya semkain bertambah.
2.      Memperhatikan ayat-ayat Allah baik ayat-ayat kauniyah maupun ayat syar’iyah.
3.      Banyak melakukan ketaaatan.
4.      Meninggalkan kemakisatan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah[13]

Adapun hal-hal yang dapat mengurangi keimanan di antaranya :
1.      Berpaling dari mengenal Allah dan nama-nama serta sifat-sifat-Nya
2.      Tidak mau memperhatikan ayat-ayat kauniyah dan syar’iyah
3.      Sedikitnya amal shalih
4.      Melakukan kemaksiatan kepada Allah. [14]


Cara menjaga iman adalah sebagai berikut: [15]
1.      Terus-menerus membaca surah atau ayat-ayat al-Quran setiap hari semampunya, atau mendengarkan suara lantunan al-Quran dengan hati yang khusyuk, penuh renungan, dan tafakur. 
وَإِذَالَمْتَأْتِهِمبِآيَةٍقَالُواْ لَوْلاَاجْتَبَيْتَهَاقُلْإِنَّمَا أَتَّبِعُمَا يِوحَىإِلَيَّ مِنرَّبِّي هَذَابَصَآئِرُمِنرَّبِّكُمْوَهُدًى وَرَحْمَةٌلِّقَوْمٍيُؤْمِنُونَ, وَإِذَاقُرِىءَالْقُرْآنُفَاسْتَمِعُواْلَهُوَأَنصِتُواْلَعَلَّكُمْتُرْحَمُونَ

Dan apabila kamu tidak membawa suatu ayat Al quran kepada mereka, mereka berkata: `Mengapa tidak kamu buat sendiri ayat itu?` Katakanlah: `Sesungguhnya aku hanya mengikut apa yang diwahyukan dari Tuhanku kepadaku. Al quran ini adalah bukti-bukti yang nyata dari Tuhanmu, petunjuk dan rahmat bagi orang-orang beriman, Dan apabila dibacakan Al quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat. (QS al-A’raf: 203-204)[16]

Hal itu karena “Tidak seorang pun yang berteman dengan al-Quran, kecuali al-Quran itu akan melakukan penambahan atau pengurangan, yaitu penambahan dalam petunjuk atau pengurangan dari kebutaan. Ketahuilah bahwa tidak ada kefakiran bagi seseorang setelah dia (berteman) dengan al-Quran, dan tidak ada kekayaan yang lebih besar bagi seseorang setelah dia (berteman) dengan al-Quran. Sungguh di dalam al-Quran terdapat penyembuh untuk penyakit terbesar, yaitu kekafiran, kemunafikan, kesalahan dan kesesatan.

2.      Menjalankan shalat wajib tepat pada waktunya, bahkan shalat selain wajib sekalipun jika memungkinkannya. Sesungguhnya shalat itu dapat meruntuhkan dosa seperti runtuhnya dedaunan dari pohon dan melepaskan dosa seperti lepasnya tali dari ikatan. Rasulullah saw mengibaratkan shalat ini dengan kamar mandi yang ada di depan pintu seseorang. Dalam waktu sehari semalam dia mandi lima kali, maka tidak akan ada kotoran sedikit pun yang tersisa pada dirinya.”
3.      Membaca doa, munajat, dan berzikir yang mudah. Ini semua mengingatkan akan dosa dan membawa orang untuk bertaubat, mendorong manusia untuk menjauhi keburukan, dan menambahkan bekal kebaikan.
4.      Secara rutin mendatangi pusat-pusat dan lembaga Islam yang sering mengadakan hari-hari besar dan peringatan keagamaan, hari kelahiran, majelis kesedihan, dan peringatan-peringatan keagamaan lainnya yang dapat memberi nasihat, pengarahan, dan wawasan baik pada bulan Ramadhan, Muharram, Shafar, ataupun pada bulan, hari serta waktu-waktu lainnya.
5.      Menghadiri berbagai pertemuan dan muktamar Islam yang diadakan di negara-negara tersebut serta bergabung di dalamnya.
6.      Membaca kitab, majalah, serta koran-koran Islam agar dapat mengambil manfaat darinya dan sekaligus menikmatinya sebagai khazanah keilmuan.
7.      Mendengarkan berbagai macam kaset yang berisikan ceramah-ceramah Islam yang telah disiapkan oleh para ustad dan para penceramah besar. Sebab, di dalam kaset-kaset ceramah tersebut terdapat nasihat dan peringatan.
8.      Menjauhi tempat-tempat hiburan dan kerusakan, termasuk menghindari menyaksikan acara televisi yang buruk serta saluran khusus yang memberikan tayangan-tayangan yang tidak sesuai dengan akidah, agama, norma, kebiasaan, tradisi, dan pemikiran kita serta peradaban Islam.
9.      Mencari sahabat yang saleh yang dapat diarahkan dan memberikan pengarahan, yang dapat diluruskan dan memberikan pelurusan. Hendaknya memanfaatkan waktu-waktu kosong untuk duduk bersama mereka dengan membahas sesuatu yang berguna. Hendaknya menjauhi persahabatan dengan teman-teman yang berperilaku buruk.
10.  Mengintrospeksi diri setiap hari atau setiap minggu tentang apa yang telah diperbuat. Apabila yang telah diperbuat adalah kebaikan, hendaknya bersyukur kepada Allah dan meningkatkannya lagi. Apabila yang telah diperbuat adalah keburukan, hendaknya meminta ampun dan bertaubat kepada-Nya dan berniat untuk tidak mengulanginya lagi.


KESIMPULAN
Iman yaitu ucapan dengan lisan, keyakinan hati, serta pengamalan dengan anggota badan,  bisa bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan. Kriteria Iman yaitu: diyakini dalam hati, diucapkan dengan lisan  dan diamalkan dengan anggota tubuh. Adapun ciri-ciri iman adalah apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Allah, maka bertambah keimanannya, senantiasa berserah diri hanya kepada Allah yaitu berserah diri setelah semua usaha di lakukan dengan maksimal. Mendirikan shalat merupakan ciri-ciri adanya iman yaitu melakukan shalat dengan syarat dan rukunnya kemudian mengimplementasikannya ke dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang menginfakkan sebagian hartanya di jalan Allah juga merupakan ciri-ciri iman. Manusia yang beriman selalu menginfakkan hartanya di jalan Allah.
Adalah penting bahwa semua manusia wajib menjaga iman. Keimanan seseorang akan rusak atau tidak memiliki manfaat apabila seseorang melakukan hal- hal yang dapat mengurangi bahkan merusak keimanannya oleh karena itu kita patut menjaga iman dan menata hati kita dari hal-hal yang dapat menjerumuskan kita kehal-hal yang dapat merusak diri maupun akhlak kita dengan memahami akhlak-akhlak yang tercela seperti ujub, ria, takabur, ghurur dll. Dan jangan pernah lupa akan Allah jika kita ingat selalu kepada Allah maka segala hal yang dilakukan akan terjaga, termasuk iman kita.
Banyak hal yang bisa dilakukan untuk menjaga iman diantaranya; terus-menerus membaca ayat-ayat al-Quran, menjalankan shalat wajib tepat pada waktunya, berdoa munajat, dan berzikir. Mengikuti kegiatan kajian islam, membaca kitab, majalah, serta koran-koran Islam agar dapat mengambil manfaat darinya dan sekaligus menikmatinya sebagai khazanah keilmuan.

SARAN
Keselamatan di dunia dan diakhirat merupakan harapan semua umat muslim, adapun hal yang dapat dilakukan adalah dengan senantiasa menjaga hati. Hati ibarat lentera yang dapat menerangi umat manusia menuju jalan keselamatan. Menghiasi hati dengan iman, adalah merupakan keutamaan sebab iman ibaratkan sebuah pisau yang awalnya tumpul dan bila sering diasah maka iman akan menjadi tajam, begitulah dengan kita apabila kita tidak sering mengontrol iman kita sendiri maka lambat laun kadar iman di hati kita akan berkurang dan cenderung mengikuti bujukan syaitan alhasil bukan syurga yang kita raih tetapi neraka yang kita dapat, Nauzzubillah.
Mempertahankan iman memang gampang-gampang susah itu artinya bahwa mempertahankan iman bukan satu hal yang mudah bagi kita, untuk itu kita harus terus bermohon kepada Allah SWT agar selalu istiqamah dan terus memperbarui iman di hati kita. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah Saw. “ Iman benar-benar bisa usang di dalam tubuh seseorang dari kalian sebagaimana pakaian. Maka memohonlah kepada Allah supaya memperbarui iman di hati kalian.” Agar kita dapat memperbarui iman maka, selayaknya kita selalu menutrisi iman kita agar bertambah dan terus bertambah menjadi kuat dan kokoh dalam diri kita.

DAFTAR PUSTAKA 
Al-Qur’anul Karim. PT. Sygma Examedia Arkanleema
Daradjat, Zakiah, dkk.,19966. Dasar-dasar Agama Islam, Jakarta: Bulan Bintang
 Wahhab, Muhammad bin Abdul,2004. Tiga Prinsip Dasar dalam Islam, Riyadh:Darussalam.
Busyra, Zainuddin Ahmad,1998. Buku Pintar Aqidah Akhlaq, Jakarta: Bulan Bintang
At-Tuwaijiri, Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah,2010.  Ensiklopedia Islam                             Al-Kamil, Jakarta: Darus Sunnah Press.
Thanthawi, Ali,2004. Aqidah Islam; Doktrin dan Filosofis, Pajang:Era Intermedia.



[1] Daradjat, Zakiah, dkk., Dasar-dasar Agama Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996). h , 23
[2] Wahhab, Muhammad bin Abdul, Tiga Prinsip Dasar dalam Islam,(Riyadh: Darussalam,2004).h, 17
[3] Ibid, h, 18
[4] Busyra, Zainuddin Ahmad, Buku Pintar Aqidah Akhlaq, hlm.33
[5] Ibid, h. 87-88
[6] Daradjat, Zakiah, dkk., Dasar-dasar Agama Islam, h , 25
[7] Ibid, h 27
[8] At-Tuwaijiri, Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah,  Ensiklopedia Islam Al-Kamil, (Jakarta: Darus Sunnah Press, 2010) h, 31
[9] Al-qurannulkarim, PT.sygma examedia arkanleema
[10] Al-qurannulkarim, PT.sygma examedia arkanleema
[11] Wahhab, Muhammad bin Abdul, Tiga Prinsip Dasar dalam Islam. h, 21
[12] Thanthawi, Ali, Aqidah Islam; Doktrin dan Filosofis, (Pajang:Era Intermedia,2004).h, 33
[13] Thanthawi, Ali, Aqidah Islam; Doktrin dan Filosofis, (Pajang:Era Intermedia,2004).h, 19
[14] Ibid, h 20
[16] Al-qurannulkarim, PT.sygma examedia arkanleema

Tidak ada komentar:

Posting Komentar